Sukses

Cadangan Devisa Turun, Rupiah Terkapar ke 14.510 per Dolar AS

Rupiah semakin tergerus pada perdangan selasa siang ini, dikarenakan lambatnya perekonomian global.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah semakin tergerus pada perdagangan Selasa siang ini. Pelemahan rupiah karena adanya sentimen negatif dari perlambatan perekonomian global yang memicu pelaku pasar memburu aset yang lebih aman termasuk dolar AS. Selain itu, pernyataan dari Bank  Indonesia (BI) mengenai cadangan devisa juga ikut membebani rupiah. 

Mengutip Bloomberg, Selasa (22/9/2015), nilai tukar rupiah terlihat menyentuh level 14.510 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pukul 11.40 WIB. Sejak pagi hingga siang, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.470 per dolar AS hingga 14.510 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar rupiah melemah 0,24 persen menjadi 14.486 per dolar AS dari perdagangan sebelumnya yang berada di level 14.451 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, ada dua sentimen yang membebani pergerakan rupiah pada hari ini. Pertama sentimen dari luar yaitu masih mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang membuat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menunda rencana pengetatan moneter. 

Pada Jumat 18 September 2015 waktu setempat, The Fed kembali mempertahankan suku bunga AS mendekati nol persen. Keputusan ini diambil karena The Fed mempertimbangkan dampak kondisi keuangan yang ketat dan perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Negeri Paman Sam tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun menanggapi keputusan dari The Federal Reserve tersebut. "Nilai tukar rupiah sudah terlalu tinggi dari fundamentalnya karena spekulasi menunggu ini (suku bunga AS). Buat Indonesia sebenarnya lebih baik lakukan, supaya selesai spekulasinya," kata Darmin.

"Dengan adanya sentimen tersebut tak hanya rupiah yang tertekan. Hampir semua mata uang di Asia mengalami pelemahan karena keputusan dari The Fed tersebut," jelas Rangga. 

Rangga melanjutkan, selain itu ada sentimen dari dalam negeri yang semakin membuat nilai tukar rupiah terkapar. Pemerintah berencana memangkas proyeksi pertumbuhan 2016 menjadi hanya 5,3 persen sementara Bank Indonesia kembali memangkas, untuk keduakalinya dalam 2 minggu terakhir, rentang proyeksi dolar AS di 2016 menjadi 13.700 per dolar AS hingga 13.900 per dolar AS.

"Hal itu bisa berarti bahwa pemerintah semakin pesimistis terhadap prospek perekonomian dalam negeri," tambahnya. 

Sementara itu, pada Senin (21/9/2015) kemarin, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, melaporkan bahwa posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia terus merosot. Hingga hari kemarin, cadev tergerus lagi sekira US$ 2 miliar menjadi US$ 103 miliar. Sementara posisi pada akhir Agustus lalu, cadev Indonesia sebesar US$ 105,3 miliar.

"Posisi cadev US$ 103 miliar per hari ini (Senin). Tapi masih bergerak dinamis, belum fixed. Masih ada penerimaan ekspor, masih akan ada pembayaran utang dan lainnya," ujar Agus. (Ilh/Gdn)

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini