Sukses

Spekulasi The Fed Berlanjut, Rupiah Sentuh 14.700 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin tertekan seiring kebutuhan dolar AS semakin meningkat dan The Fed tetap menaikkan suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin tertekan pada perdagangan Jumat pekan ini dipicu ekpektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Pimpinan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve Janet Yellen masih tetap berencana untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini sehingga memicu aliran dana keluar dari Indonesia.

Mengutip Bloomberg, Jumat (25/9/2015), nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 14.684 per dolar AS pada pukul 09.43 WIB. Pada awal perdagangan rupiah sempat menyentuh level 14.711 per dolar AS. Level tersebut merupakan level terlemah sejak 17 tahun terakhir. Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14.684-14.711 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah menjadi 14.690 per dolar AS pada Jumat pekan ini dari perdagangan Rabu yang berada di level 14.623 per dolar AS.

Analis PT Bank Woori Saudara Tbk, Rully Nova mengatakan sentimen eksternal dan internal telah menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat ini. Mayoritas pejabat bank sentral AS menyetujui menaikkan suku bunga pada tahun ini telah memberikan sentimen negatif ke negara berkembang termasuk Indonesia sehingga menekan laju nilai tukar rupiah.

"Ada capital outflow terutama dari kebijakan bank sentral AS," ujar Rully saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, menjelang akhir bulan juga ada pembayaran utang swasta dan pemerintah. Hal itu membuat kebutuhan dolar Amerika Serikat semakin meningkat. Rully menilai, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang tak wajar mengingat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah jauh dari fundamental dipicu dari sentimen eksternal terutama kebijakan bank sentral AS. "Rupiah akan bergerak di kisaran 14.680-14.700 pada hari ini," ujar Rully.

Rully mengatakan, sentimen eksternal mendominasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini. Meski demikian, pemerintah dapat melakukan sejumlah langkah untuk meredam tekanan rupiah terhadap dolar AS. "Salah satu cara dengan menarik dana pengusaha yang ada di Singapura. Misalkan dengan pengampunan pajak," ujar Rullu.

Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengatakan Bank sentral AS berada di jalurnya untuk menaikkan suku bunga tahun ini. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa "kejutan" ekonomi dapat menyebabkan mereka mengubah rencana tersebut.

"Sebagian besar peserta FOMC, termasuk saya sendiri, saat ini mengantisipasi untuk mencapai kondisi ini, kemungkinan akan menaikan suku bunga akhir tahun ini, setelah itu diikuti oleh kecepatan bertahap pengetatan," kata Yellen dalam pidatonya hari Kamis di Amherst, Massachusetts.

"Tapi jika perekonomian mengejutkan kita, penilaian kita tentang kebijakan moneter yang tepat akan berubah," tambah yellen.

Menurut Menko perkenomian Darmin Nasution  penyebab terpuruknya kurs rupiah karena penguatan spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dari pelaku pasar, termasuk spekulasi pertumbuhan ekonomi China.

"Harga komoditas kan turun lagi, pelaku pasar mulai berspekulasi mengenai seperti apa ekonomi China sebenarnya. Itu semua ada kaitannya dan itu membuat spekulasi agak menguat. Sebetulnya kan kita berharap spekulasi mereda setelah The Fed tidak jadi mengumumkan tingkat bunga," jelasnya

Pada Jumat minggu lalu, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga pada September, karena mempertimbangkan konodisi ekonomi global yang masih dalam posisi rentan. Selain itu, keputusan tersebut juga menunjukkan pengakuan The Fed bahwa China dan nilai tukar yuan sudah tidak dapat dikesampingkan lagi. (Ilh/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini