Sukses

Bos BEI: Efek Paket Kebijakan Jilid II Bakal Berimbas ke IHSG

Hasil kinerja emiten kuartal III dan rilis paket kebijakan ekonomi diharapkan dapat mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan pada Oktober.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali melambung pada Oktober.

Tito mengatakan, IHSG bakal menguat ini didorong oleh efek positif dari dikeluarkannya paket kebijakan jilid II oleh pemerintah kemarin. Langkah itu membuat pelaku pasar percaya diri untuk berinvestasi.

"Saya menganggap Insya Allah (IHSG) Oktober mulai creating up. Karena ada sentimen positif dari paket kebijakan ekonomi, spending mulai keluar," ujar Tito di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (30/9/2015).

Sementara itu untuk kuartal III, Tito juga yakin kinerja emiten cenderung positif. Hal ini karena para pelaku pasar dinilai mulai merasakan efek dari pemberian insentif yang dijanjikan pemerintah.

"Hasil (kinerja emiten) pada September semoga bagus. Insetif pajak mulai keluar, tax amnesty mulai keluar,"lanjutnya.

Namun untuk menunjang hal tersebut, Tito berharap Bank Indonesia (BI) mau menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI rate). Hal ini guna menjaga jarak yang relevan antara BI rate dengan inflasi.

"Saya masih mengharapkan tanpa mencoba intervensi semoga jarak antara BI rate dan inflasi tidak lebih dari 2 persen. Karena inflasi diumumin tadi maksimum 4,3 persen. Jadi intinya turun, tapi tanpa intervensi," ujar Tito.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa 29 September 2015, IHSG menguat 1,4 persen atau 57,90 poin ke level 4.178,40. Kenaikan IHSG ditopang dari rilis paket kebijakan ekonomi jilid II. IHSG sempat melemah tajam di awal sesi perdagangan saham kemarin. Bahkan IHSG sempat ke level terendah 4.033,58 dan tertinggi 4.178. Sepanjang 2015, IHSG susut 20,06 persen ke level 4.178,41.

Investor asing terus melakukan aksi jual dengan jumlah sekitar Rp 13,41 triliun. Sepuluh sektor saham pun kompak melemah. Sektor saham industri dasar dan kimia mencatatkan pelemahan terbesar mencapai 38,05 persen, disusul sektor saham pertambangan merosot 33,79 persen, dan sektor saham perkebunan melemah 31,35 persen. (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini