Sukses

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Perlu Karena Tol Padat

Kereta cepat di Eropa baru bisa untung setelah berjalan 26 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla akhirnya menyepakati pembangunan kereta cepat  Jakarta-Bandung dengan mengandeng China namun dengan skema Business to business (B to B). Menurut akademisi Universitas Indonesia, Berly Martawardaya, langkah ini bisa memberikan dampak positif.

Menurut dia, jalur tol Jakarta menuju Bandung selalu padat. Oleh sebab itu perlu sarana alternatif baru agar tidak terjadinya penumpukan dan menghabiskan waktu di jalan.

"Kita lihat dari sisi positifnya, memang ada kepadatan di Tol menuju Bandung. Ini artinya ada flow rutin. Dengan kereta cepat bisa mengurangi," ujar Berly dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (3/10/2015).

Meski demikian, dosen Fakultas Ekonomi ini mengingatkan agar pemerintah pusat dan daerah, harus mempertimbangkan adanya moda transportasi penunjang di sekitar stasiun di Bandung nantinya.

"Ini kan rencananya akan berhenti di daerah Gede Bage. Itu masih sepi. Maka harus ada transportasi penunjang," tegas Berly.

Selain itu, dia mengingatkan pemerintah akan pentingnya harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat. Berly pun mencontohkan apa yang terjadi di Eropa, dimana baru memperoleh keuntungan setelah 26 tahun berjalan.

"Di Europe Tunnel, itu baru 26 tahun memperoleh profit. Artinya selama 26 tahun dia merugi. Sayangnya untuk Jakarta-Bandung ini kan belum terlihat berapanya. Kereta biasa saja sekarang harganya Rp 80 ribuan, kalau nanti dijual Rp 300 ribu, tidak laku itu," tegasnya.

Selain itu, meskipun menimpulkan pertanyaan dengan maksud tujuan dibangunnya Jakarta-Bandung, Berly merasa optimis ada maksud baik pemerintah di balik ini semua. Dia pun juga berpikir optimis dengan pilihan pemerintah memilih China ketimbang negara lain, terutama Jepang.

"Sebenarnya kalau mau itungan profit, jalur Jakarta-Surabaya lebih menjanjikan. Sama apa yang terjadi dengan Sinkasen, Jepang. Dimana jarak antara Tokyo ke Osaka hanya ditempuh selama 3 jam. Mungkin dari segi perhitungan, Jakarta-Bandung bisa menjadi akumulasi membangun capital (modal) untuk operasional lainnya," lanjut dia.

"Memang ada pertanyaan kenapa tidak ajak Inggris, Jerman. Tapi mungkin melihat China dapat dipercaya. Buktinya China dipercaya (Amerika Serikat) membangun kereta dari Las Vegas menuju LA (Los Angeles)," pungkas Berly. (Putu Merta/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini