Sukses

Penuhi Pasar Lokal, PTPN VIII Setop Ekspor Pisang ke Singapura

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut ingin memenuhi tingginya permintaan buah-buahan tropis, termasuk pisang untuk pasar dalam negeri.

Liputan6.com, Jakarta - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII (Persero) menyatakan telah menghentikan pengiriman buah pisang jenis Mas Kirana ke Singapura. Penyetopan ekspor ini bukan tanpa alasan karena Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut ingin memenuhi tingginya permintaan buah-buahan tropis, termasuk pisang untuk pasar dalam negeri.

Direktur Utama PTPN VIII, Dadi Sunardi mengungkapkan, perseroan telah membudidayakan buah pisang Mas Kirana sejak beberapa tahun lalu. ‎Bahkan salah satu komoditas hortikultura ini mempunyai potensi pasar ekspor besar, terutama di Singapura.

"Ekspor yang kita lakukan waktu itu hanya untuk tes pasar karena ada potensi pasar ekspor. Responsnya sangat bagus di Singapura, karena ada permintaan di sana," ujar dia saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, seperti ditulis Rabu (7/10/2015).

Sejak ekspor pisang Mas Kirana tumbuh, lanjut Dadi, pasokan atau suplai buah pisang berkurang untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Dia mengaku, masyarakat Indonesia sangat gemar mengonsumsi buah pisang ini, sehingga permintaannya pun semakin deras.

"Permintaan dalam negeri tidak bisa kita penuhi, karena selalu terjadi kekosongan (stok). Permintaannya banyak, jadi sekarang kita tidak ekspor," tegas dia.

Pisang Mas Kirana, katanya, sudah masuk ke pasar ritel modern seperti Carrefour, Giant dan supermarket besar lainnya, tak lama setelah uji pasar ekspor ke Singapura‎. "Kita tetap akan mengembangkan pisang jenis Mas Kirana," tutur Dadi.

Di sisi lain, ‎Dadi menjelaskan, kinerja keuangan PTPN VIII tercatat cukup bagus sepanjang enam bulan pertama ini. Hanya saja perseroan menghadapi tantangan cukup berat dalam situasi perekonomian yang sulit ini. Beruntung, meski pendapatan dan laba bersih menurun, perusahaan pelat merah tersebut masih bisa menjalankan roda bisnis dengan baik.

"Revenue dan profit drop karena kondisi ekonomi sedang berat. Memang lebih rendah, tapi kita akan melakukan efisiensi di sisa waktu ini. Walaupun cukup berat, kita tidak mengurangi (rasionalisasi) tenaga kerja. Mau bagaimana, wong keadaan lagi susah begini," papar Dadi. (Fik/Zul)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini