Sukses

Sambut Awal Pekan, Rupiah Naik Tipis ke 13.408 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.348-13.505 per dolar AS sepanjang Senin ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Hal itu ditopang dari aliran dana investor asing masuk ke bursa saham dan dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang.

Pada penutupan perdagangan, Senin (12/10/2015), mengutip data Bloomberg, rupiah menguat tipis 0,02 persen menjadi 13.408 per dolar AS dari penutupan Jumat 9 Oktober 2015 di level 13.412 per dolar AS.

Pada pagi ini, rupiah sempat dibuka melemah 20 poin menjadi 13.432 per dolar AS. Rupiah berada di kisaran 13.348-13.505 per dolar sepanjang awal pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sempat menguat di kisaran 13.359 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 55 poin menjadi 13.466 per dolar AS pada Senin 12 Oktober 2015, dari perdagangan Jumat pekan lalu yang berada di level 13.521 per dolar AS.

"Rupiah masih cenderung menguat dalam perdagangan hari ini karena melemahnya dolar Amerika Serikat secara global, dan berlanjutnya penguatan di pasar ekuitas, seirama dengan penguatan di Wall Street," kata Tony Mariano, Analis Pasar Uang PT Esandar Arthamas Berjangka.

Tony juga menambahkan, meningkatnya ekspektasi bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga tahun ini juga ikut mendukung penguatan rupiah.

Sementara itu, Analis PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menuturkan ada sejumlah faktor mendukung penguatan rupiah terhadap dolar AS. Pertama, ada dana investor asing masuk ke Indonesia baik yang langsung ke pasar dan cukup besar dana investor asing untuk ambil rights issue atau penawaran umum terbatas PT HM Sampoerna Tbk. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga intervensi di pasar untuk mengembalikan rupiah ke fundamentalnya.

"Faktor eksternal ada peluang kenaikan suku bunga bank sentral AS pada tahun depan akibat data-data Amerika Serikat yang turun akibat pelemahan ekonomi dunia dan periode super dolar AS," kata Hans.

Ia mengatakan, data penyerapan tenaga kerja non sektor pertanian di bawah harapan pasar menjadi 142 ribu dari target 200 ribu memberikan spekulasi untuk penundaan kenaikan suku bunga bank sentral AS. "Defisit AS melebar akibat super dolar dan perlambatan ekonomi dunia," tutur Hans. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini