Sukses

RI Bangun Kereta Cepat Pertama di Kawasan Asia Tenggara

Duta Besar China untuk Indonesia, Xie Feng menuturkan, kereta cepat Jakarta-Bandung akan memberi banyak manfaat untuk urai kemacetan.

Liputan6.com, Jakarta - Kereta cepat (High Speed Railways/HSR) merupakan salah satu proyek pembangunan moda transportasi ‎yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia untuk mengatasi ketertinggalan dengan negara maju.

Kereta cepat Jakarta-Bandung diklaim sebagai kereta cepat pertama di Indonesia, bahkan kawasan Asia Tenggara. Duta Besar China untuk Indonesia, Xie Feng mengungkapkan, pihak Indonesia dan China telah menjalin negosiasi pada Maret sampai Oktober 2015.

Kemudian ditindaklanjuti dengan perjanjian pembentukan perusahaan patungan (joint venture) antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan China Railway International Co Ltd dalam rangka membangun kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 140 Kilometer (km).

"Kereta cepat Jakarta-Bandung adalah proyek yang sangat diperhatikan oleh masyarakat Indonesia dan China. Bagi Indonesia, kereta cepat ini merupakan kereta cepat pertama dengan kecepatan lebih dari 250 km per jam di Indonesia, bahkan kawasan Asia Tenggara," ujar dia saat penandatanganan MoU JVC di Hotel Pullman, Jakarta, Jumat (16/10/2015).

Kereta cepat Jakarta-Bandung, kata Feng, akan memberikan banyak manfaat terutama mengurai kemacetan transportasi, mendorong pengembangan bisnis, membangkitkan pertumbuhan ekonomi sehingga terbentuk koridor ekonomi dan sosial cukup besar.

"Bagi kami China, kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan kereta cepat pertama di mana China ikut merancang, membangun, mengoperasikan dan mengelola di luar negeri dengan 100 persen menggunakan teknik, standar dan perlengkapan dari China," ujar Feng.

PT PSBI dan China Railway membentuk usaha patungan dengan model business to business dengan porsi kepemilikan saham 60 persen oleh konsorsium BUMN Indonesia dan BUMN China 40 persen. Kerja sama ini, diakui Feng, akan menguntungkan Indonesia karena semaksimal mungkin menggunakan konten lokal, bahan baku, fasilitas dan perlengkapan asal Indonesia.

"Jadi Indonesia dan China senasib sepenanggungan, karena bisa menikmati untung bersama dan menanggung risiko bersama. Kami juga sudah menandatangani perjanjian pelatihan tenaga kerja, lokalisasi produksi dan transfer teknologi. Pihak China akan bekerja seoptimal mungkin untuk merintis pasar pihak ketiga bagi produk kereta cepat, khususnya di Asia Tenggara," pungkas Feng. (Fik/Ahm)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.