Sukses

Bursa Saham Asia Tergelincir Jelang Data Ekonomi China

Rilis data ekonomi China menjadi sentimen utama yang ditunggu pelaku pasar di awal pekan ini.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah di awal pekan ini menjelang laporan data ekonomi China. Laporan data ekonomi China ini akan memberikan katalis di bursa saham seiring pelaku pasar juga masih cemas terhadap perlambatan ekonomi di sana.

Indeks saham MSCI Asia Pacific turun 0,4 persen pukul 10.11 waktu Tokyo. Penurunan ini membuat indeks saham tergelincir dari level tertinggi sejak 20 Agustus. Indeks saham Jepang Topix melemah 0,7 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,2 persen. Sedangkan indeks saham Australia atau ASX 200 cenderung bergejolak.

Saat ini pengumuman data ekonomi China menjadi sentimen yang ditunggu pelaku pasar di bursa saham Asia. Apalagi pertumbuhan ekonomi China melambat sejak krisis keuangan global.

"Pasar khawatir tentang data ekonomi China. Jika itu lebih buruk dari yang diharapkan, maka akan ada kekhawatiran kalau angka yang sebenarnya bahkan lebih buruk. Jika itu sekitar di level perkiraan maka pasar mungkin melihatnya sebagai hal logis," ujar Analis Senior SBI Securities Co, Nobuyuki Fujimoto, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Senin (19/10/2015).

Data ekonomi yang akan dikeluarkan pemerintah China meliputi data pertumbuhan ekonomi Juli-September, produksi industri dan penjualan ritel pada September. Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi di China telah melambat menjadi 6,8 persen pada kuartal sebelumnya.

Ada harapan kalau Beijing akan menggelar stimulus baru untuk mendukung perekonomian. Ditambah dengan langkah-langkah yang sangat besar kalau otoritas China juga berusaha untuk menopang bursa saham.Sementara itu, di pasar mata uang, dolar Amerika Serikat (AS) cenderung menguat terhadap enam mata uang utama lainnya.

Indeks dolar AS berada di level 94,607, dan memperpanjang kenaikan dari pekan lalu di kisaran 93,806.Untuk pasar komoditas, harga minyak naik tipis di awal perdagangan. Harga minyak Brent berjangka naik 0,3 persen menjadi US$ 50,59 per barel. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.