Sukses

OJK Optimistis Kredit Tumbuh 13% Hingga Akhir 2015

Hingga Agustus 2015, NPL industri perbankan secara gross di kisaran 2,66 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan bisa mencapai 12 persen sampai 13 persen hingga akhir 2015. Angka pertumbuhan kredit itu dinilai di luar perkiraan OJK.

Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK, Irwan Lubis menuturkan, penyaluran kredit mulai tren menaik pada posisi Juli-Agustus 2015. Secara Year on Year (YoY), kredit tumbuh 10,9 persen hingga Agustus.

Irwan menilai, pertumbuhan itu di luar perkiraannya. Meski ada perlambatan penyaluran kredit di semester I, tetapi penyaluran kredit mulai membaik di kuartal III 2015.

"Semula saya kira tumbuh di bawah 10 persen. Saya optimistis penyaluran kredit bisa 12 persen hingga 13 persen hingga Desember 2015. Ini ada akselarasi pertumbuhan kredit lebih bagus di semester kedua. Keputusan kredit sudah di semester I, dan sudah mulai ada penarikan di semester kedua. Tekanan memang ada tetapi semester kedua ada perbaikan," ujar Irwan saat acara Forum Group Discussion (FGD) yang mengambil tema Masterplan Sektor Jasa Keuangan Indonesia dan Perkembangan Sektor Perbankan Pasca Kebijakan Stimulus OJK, di Bandung, Kamis (29/10/2015).

Ia menceritakan, memang ada fenomena menarik untuk penyaluran kredit hingga September 2014. Pertumbuhan kredit itu lebih tinggi dibandingkan dana pihak ketiga (DPK). Akan tetapi, Irwan menilai, ada perlambatan kredit dari September 2014 hingga sekarang. Hal itu lantaran sejumlah faktor mulai dari politik dan tekanan ekonomi global.

"Pada 2014, ada faktor demokrasi sehingga pelaku usaha lebih banyak menunggu. Penyaluran kredit tak segencar 2013. Kalau 2015 mengalami tekanan global. Hal itu lantaran 2015 banyak tekanan ekonomi global seperti harga komoditi menurun, ekonomi China kurang membaik dan kondisi Eropa juga belum membaik. Ini berikan tekanan untuk penyaluran kredit sehingga pengaruhi dana," kata Irwan.

Penyaluran kredit tersebut antara lain untuk modal kerja, investasi dan konsumsi. Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit untuk modal kerja mencapai 47,58 persen, kredit investasi sebesar 24,96 persen, dan kredit konsumsi sekitar 27,46 persen.

"Kredit investasi tumbuh secara year on year 13,61 persen kalau month to month hanya sekitar 2,5 persen. Kredit investasi tetap tumbuh sebagai mesin mendorong ekonomi sejalan dengan proyek infrastruktur menjadi Rp 969 triliun untuk jalan, pelabuhan," kata Irwan.

Irwan menambahkan risiko kredit dari non performing loan (NPL) juga masih terjaga. Hingga Agustus 2015, NPL secara gross baru sekitar 2,66 persen. Akan tetapi, tren NPL tersebut naik.

"Desember 2013-2014 NPL masih di sekitar 2,014 persen naik jadi 2,014 persen. Ini masih sejalan sebelum ada berbagai kebijakan," kata Irwan.

Selain itu, Irwan menuturkan ada sejumlah sektor juga menjadi perhatian terkait non performing loan (NPL) cukup tinggi terutama di sejumlah sektor ekonomi.

"NPL cukup tinggi tersebut terjadi sektor pertambangan dan konstruksi. Sektor konstruksi mencapai 5,3 persen, sektor perdagangan hampir lima persen," tutur Irwan. (Ahm/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini