Sukses

Asumsi Rupiah dalam APBN 2016 Pertimbangkan Risiko Eksternal

Asumsi nilai tukar telah memperhitungkan dampak dari penurunan perekonomian China.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 telah memperhitungkan risiko eksternal seperti dampak dari rencana kenaikan suku bunga bank Senrtal Amerika Serikat (AS). Dalam asumsi makro APBN 2016, nilai tukar rupiah dipatok 13.900 per dolar AS.

Staf Khusus Menteri Keuangan, Arif Budimanta menjelaskan, perekonomian AS saat ini memang sedang tidak menentu. Lantaran, meskipun terjadi perbaikan ekonomi tapi tidak sesuai dengan ekspektasi publik AS. Hal tersebut membuat rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS menjadi mengambang.

"Melalui indikator pertumbuhan ekonomi yang diharakan tinggi tapi masih di bawah 2 persen. Kemudian penyerapan tenaga kerja masih jauh angka yang diharapakan. Itu menimbulkan ketidakpastian baru. Maka kecenderungan tappering off bisa berubah secara waktu apakah quantitative easing akan berlanjut, tappering off akan dihentikan menimbulkan spekulasi," ujarnya di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).


Implikasi dari ketidakpastian bank sentral AS atau The Fed untuk menaikan suku bunga acuan akan sangat mempengaruhi aliran dana keluar masuk RI. "Itu terlihat pergerakan nilai tukar kita dalam sebulan terakhir. Turun cepat tapi stabilitas 13.400 per dolar AS hingga 13.700 per dolar AS. Kami berharap akan di bawah 13.900 per dolar AS," tuturnya.

Selain itu, asumsi nilai tukar tersebut juga memperhitungkan perekonomian China. Apalagi, China telah melakukan devaluasi terhadap nilai tukarnya.

Devaluasi tersebut memang sengaja dilakukan oleh pengampu kebijakan moneter di China untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi China mengalami penurunan yang cukup tajam. Di 2011 lalu, pertumbuhan ekonomi China masih di level 12 persen. Namun di kuartal III 2015 kemarin, pertumbuhan ekonomi China ada di level 6,9 persen.

"Tentu memperhitungkan karena kecenderungn sekarang mata uang kan adalah komoditas. Semua proses depresiasi, karena komodoti memiliki nilai kompetisi di pasar," tandas dia.

Untuk diketahui, berdasarkan data Bloomberg, dalam satu bulan terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat 6,85 persen. Di awal Oktober 2015, rupiah berada di level 14.653 per dolar AS, sedangkan di penghujung bulan rupiah berada di level 13.684 per dolar AS. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.