Sukses

Kebakaran Hutan Ganggu Ekonomi RI di Kuartal III

BPS melaporkan sumber pertumbuhan ekonomi 4,73 persen pada kuartal III 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sumber pertumbuhan ekonomi 4,73 persen pada kuartal III 2015. Sumbangan industri pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di periode tersebut mengalami penurunan, terutama akibat kebakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto mengungkapkan, sumber pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha pada kuartal III 2015 di sektor pertanian mengalami penurunan menjadi 0,46 persen. Sedangkan realisasi pada kuartal sebelumnya, kontribusi industri ini mencapai 0,93 persen dan 0,53 persen di kuartal I 2015.

"Ada pertumbuhan industri pertanian di kuartal III 2015 sebesar 3,21 persen atau turun 3,63 persen di kuartal III 2014," ujarnya saat Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III di kantor BPS, Jakarta, Kamis (5/11/2015).


Lebih jauh dijelaskan Suhariyanto, terjadi pertumbuhan tertinggi di sub sektor perikanan karena produksi rumput laut meningkat dan diversifikasi komoditas usaha. Sementara sub sektor tanaman pangan sedikit melambat.

"Di sektor pertanian, sub sektor kehutanan dan penebangan kayu mengalami kontraksi cukup dalam sebesar -2,72 persen. Penyebabnya karena banyak kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan sehingga menurunkan produksi kayu bulat di sentra produksi di Jambi, Sumatera Selatan, Riau, dan Kalimantan Barat," terang Suhariyanto.

Data BPS menunjukkan, laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Wilayah atau Pulau pada kuartal III ini, Sumatera mencatatkan realisasi 3,04 persen, Jawa 5,39 persen, Bali dan Nusa Tenggara paling tinggi mencapai 11,75 persen, Sulawesi di urutan kedua dengan realisasi 8,16 persen, Maluku dan Papua 2,28 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan terkontraksi negatif 0,41 persen.

"Dampak asap memang tidak langsung ke ekonomi, tapi bisa dilacak dari realiasi pertumbuhan sub sektor kehutanan dan penebangan kayu. Tapi kami tidak punya kajian khususnya," papar Suhariyanto.

Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi kuartal III berasal dari belanja rumah tangga 3,66 persen (qtq) dan 4,96 persen (yoy), pengeluaran konsumsi LNPRT 3,64 persen (qtq) dan 6,39 persen (yoy), pengeluaran konsumsi pemerintah 9,27 persen (qtq) dan 6,56 persen (yoy).

Dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 3,38 persen (qtq) dan 4,62 persen (yoy), ekspor terkontraksi tumbuh negatif 0,02 persen (qtq) dan minus 0,69 persen (yoy). Serta impor minus 4,40 persen (qtq) dan negatif 6,11 (yoy).

"Pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat karena kenaikan realiasi belanja pegawai dan belanja barang. Sementara ekspor terkontraksi turunnya harga komoditas ekspor di Indonesia akibat perlambatan ekonomi, serta impor negatif karena pelemahan kurs rupiah dan permintaan domestik," jelas Suhariyanto. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.