Sukses

Kuota BBM Bersubsidi Tak Jebol, Uang Negara Terselamatkan

BPH Migas memperkirakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi 2015 tidak melampaui kuota.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengatur‎ Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi 2015 tidak melampaui kuota. 

Kepala BPH Migas, Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, dalam hitungan BPH Migas, konsumsi BBM bersubsidi jenis solar pada tahun ini hanya sekitar 16 juta Kilo Liter (KL), sedangkan kuota solar subsidi yang tercantum dalam Angaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 tercatat 17,9 juta KL. 

Jika perkiraan atau hitungan dari BPH Migas tersebut tepat, maka akan ada sisa kuota solar di tahun ini sebesar 1,9 juta KL. "Jadi kuota yang ada 17 juta KL, kalo perkiraan kami masih di bawah atau mendekati 16 juta KL" kata Andy, di Kantor BPH Migas, Jakarta, Senin (23/11/2015).


Dengan konsumsi BBM bersubsidi yang tidak melebih kuota ‎yang tercantum dalam APBNP 2016 tersebut, maka keuangan negara akan terselamatkan. "Sampai akhir tahun tidak akan tembus. Kuota masih di bawah, artinya uang negara terselamatkan,"ujarnya.

Menurut Andy, saat ini konsumsi rata-rata solar per hari mencapai 1,2 juta liter, diperkirakan akan meningkat pada Desember mendatang menjadi1,3 juta‎ liter karena ada libur hari Raya danTahun baru. Namun, meski begitu konsumsi solar bersubsidi tidak melebihi kuota.

"Memang biasanya pada Desember konsumsi itu naik, tapi paling tinggi itu sekitar 1,3 juta liter. Naik sedikit jika dibanding biasanya yang sebesar 1,2 juta liter," tuturnya.

Ia menambahkan, penurunan konsumsi tersebut disebabkan oleh kebutuhan yang menurun, penurunan penyalahgunaan BBM bersubsidi karena perbedaan harga dengan yang non bersubsidi sangat tipis sehingga risiko menjadi lebih besar.

"Mungkin karena demand memang turun atau konsumsi sebenarnya di tanah air kalau dulu disparitas tinggi ada penyalahgunaan," ungkapnya.

Sedangkan untuk Premium, konsumsinya mengalami penurun pada tahun ini sebesar 10 persen, karena masyarakat telah beralih ke varian baru BBM Pertalite. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.