Sukses

Alasan BI Enggan Turunkan Suku Bunga

Indonesia perlu membangun portofolio besar pada dana pensiun, asuransi, dan reksa dana agar membeli surat utang.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan selama 10 bulan di level 7,5 persen. Alasannya untuk menahan dolar Amerika Serikat (AS) supaya tidak kembali ke negara asalnya.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menerangkan kondisi tersebut berbeda dengan langkah yang diambil oleh AS. Ia mengatakan ketika ekonomi justru AS menurunkan suku bunga dari 6 persen menjadi 0,25 persen.

Dia mengatakan selama ini Indonesia masih tergantung oleh valuta asing (valas). Dia mencontohkan sebagian pembeli surat utang Indonesia adalah investor asing.

"Karena yang dibutuhkan negara ini valas. Karena pendanaan untuk surat utang pemerintah yang beli adalah 37 persen adalah investor asing. Investor asing waktu beli bawanya dolar," ujar dia di Jakarta, Kamis (26/11/2015).

Valas begitu penting untuk Indonesia, misalnya digunakan untuk membiaya defisit ekspor impor. Karena itu, suku bunga dijaga pada angka yang cukup tinggi, supaya dolar tidak keluar.

"Pada saat kita defisit ekspor impor barang dan jasa defisitnya itu mata uang asing, BI suku bunga rupiah. Jadi kita ini devisa bebas memerlukan valas, jadi penting untuk jaga supaya modal masuk untuk APBN, korporasi, perbankan, sehingga harus benar-benar menjaga modal itu tetap ada di Indonesia," ujar dia.

Karena itu, agar tidak mengalami ketergantungan Indonesia mesti membangun portofolio yang besar pada dana pensiun, asuransi, dan reksa dana supaya dapat digunakan untuk membeli surat utang. Kemudian, menjaga modal yang masuk bukan berasal dari utang, sehingga mengurangi ketergantungan dolar Amerika Serikat.

"PMA yang masuk yang memang equity masuk. Bukan utang. Sekarang banyak modalnya 1, loan 10 sehingga PMA harus bayar bunga luar negeri," kata Mirza. (Amd/Ahm)**

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini