Sukses

Harga Minyak Diprediksi Tembus US$ 130 per Barel dalam 2 Tahun

Harga minyak turun dari sekitar US$ 110 per barel menjadi hanya sekitar US$ 40 per barel dalam waktu singkat.

Liputan6.com, New York - Kemerosotan parah harga minyak hingga lebih dari 50 persen telah menjadi sorotan dunia sepanjang tahun ini. Bagaimana tidak, harga minyak turun dari sekitar US$ 110 per barel menjadi hanya sekitar US$ 40 per barel dalam waktu singkat.

Meski begitu, pakar strategi di perusahaan konsultasi energi Ecstrat, Emad Mostaque, yakin harga minyak akan kembali menembus US$ 100 per barel.

Melansir laman CNBC, Kamis (26/11/2015), minyak mentah kini diperdagangkan dalam siklus half cycle cost, yang membuat harganya kian turun dan bertahan di level setengah dari puncak harganya.

Menurut dia, harga US$ 42 per barel memang tak akan mempengaruhi penemuan atau pembelian tambang minyak baru. Namun harga tersebut akan membuat pasokan minyak semakin berkurang karena terjadi pemberhentian pekerja di banyak tempat pengeboran minyak.

"Harga minyak bisa naik ke atas US$ 100 per barel hanya jika permintaan tetap, tapi pasokan terus menurun hingga tahun depan, khususnya hingga 2017 karena rendahnya investasi," ucap Mostaque.

Selain itu, pasar juga tengah sangat mencemaskan berbagai risiko geopolitis. Tak hanya itu, jatuhnya harga minyak juga dapat menciptakan ketidakstabilan di satu atau lebih negara produsen minyak.

"Jika itu terjadi, harga minyak dapat dengan mudah kembali melesat ke atas US$ 130 per barel karena banyak perusahaan yang memangkas pengeluaran untuk eksplorasi," ia menjelaskan.

Tetap saja, harga minyak naik tak berarti setiap pihak harus tergesa-gesa membeli minyak.**
    

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.