Sukses

Produksi Rumput Laut RI Capai 7,43 Juta Ton

Kementerian Kelautan dan Perikanan meminta asosiasi menyerap rumput laut di masyarakat yang menumpuk dengan harga Rp 6.500 per kilogram.

Liputan6.com, Lombok - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut pada 2015 sebanyak 10,6 juta ton. Hingga kuartal II 2015, realisasi produksi rumput laut telah mencapai 7,43 juta ton. 

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto di Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok di Dusun Gili Genting, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Kamis (26/11/2015).

"Melihat potensi yang cukup besar, di tahun depan Bu Menteri (Susi Pujiastuti) meminta rumput laut dikembangkan besar-besaran," kata dia.

Slamet Soebjakto menyatakan, Kementerian kelautan dan Perikanan tidak akan main-main dalam mendukung rumput laut sebagai produksi utama seperti di NTB. KKP telah bekerjasama dengan beberapa universitas untuk mengembangkan komoditas tersebut.

Slamet mengatakan, Ada peluang ekspor rumput laut akan tinggi di akhir tahun ini. Ia bercerita, rumput laut jenis Gracilaria sedang turun. Sebab, permintaan dari salah satu negara tujuan ekspor terbesar yaitu China juga sedang menurun.


"Tapi mulai ada permintaan Desember, Filipina ada masalah iklim. Sehingga ini ada peluang kita," kata dia.

Ia melanjutkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga meminta asosiasi menyerap rumput laut di masyarakat yang menumpuk dengan harga Rp 6.500 per kilogram (kg).

"Saya ajak BUMN untuk handle rumput laut. Kami ingin kembangkan karena potensi belum dikembangkan. Dengan biaya rendah, rumput laut bisa meningkatkan kesejahteraan dan menyerap tenaga kerja," kata dia.

Kultur Jaringan

Di Lombok, Kementerian Kelautand dan Perikanan meresmikan laboratorium dan greenhouse kultur jaringan rumput laut. Slamet Soebjakto menjelaskan, peresmian laboratorium kultur jaringan ini penting untuk meningkatkan kualitas.

Rumput laut yang didatangkan dari Filipina dan dalam negeri belum ada pembaruan sehingga ada penurunan kualitas dan produksi, rentan penyakit ais ais, dan kerdil. "Kultur jaringan ini salah satu solusi, kata dia.

Dengan adanya kultur jaringan maka setelah 5 generasi, ada pembaruan kultur jaringan yang baru. Sebab, berdasarkan penelitian di Lampung, generasi ke 5 kualitasnya menurun. "Sehingga kawasan rumput laut ke depan ada laboratorium mini. Yang harus kita siapkan SDM harus terampil dan disiplin," kata dia

Selain itu, dengan menggunakan bibit rumput laut dari kultur jaringan akan lebih tahan dengan penyakit.

Staf ahli Pemprov NTB M Nasir yang menyampaikan sambutan tertulis dari wakil gubernur NTB Haji Muhammad Amin mengatakan, pemprov sangat mengapresiasi bantuan pembangunan gedung laboratorium dan green house di wilayahnya. Dengan fasilitas tersebut diharap mampu meningkatkan produktivitas rumput laut di NTB menjadi premium.

"Harapan saya, fasilitas laboratorium dan greenhouse membangkitkan pembudidaya rumput laut di NTB dan meningkatkan perekonomian masyarakat," tandas Amin. (Mevi/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.