Sukses

Warga Rem Belanja Jelang Natal, Inflasi Diprediksi Rendah

Ekonom memperkirakan inflasi rendah seiring produsen dan konsumen sama-sama mengerem belanja.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat memperkirakan Indonesia akan mencetak inflasi sekitar 0,2 persen pada November 2015. Prediksi tersebut mempertimbangkan faktor musiman atau peningkatan permintaan menjelang akhir tahun, terutama menyambut Natal dan Tahun Baru.

Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetyantono saat berbincang dengan Liputan6.com mem‎proyeksikan akan terjadi inflasi 0,2 persen pada bulan kesebelas ini atau berbanding terbalik dengan realisasi pada Oktober 2015 yang mencatat deflasi 0,08 persen.

"Terjadi inflasi yang lebih rendah karena kita masih agak trauma dengan penguatan dolar Amerika Serikat (AS), sehingga ada kecenderungan menahan belanja. Kalau rupiah mulai stabil 13.500-13.600 per dolar AS, orang mulai berani belanja," ujar dia di Jakarta, Selasa (1/12/2015).

Tony menjelaskan, ‎masyarakat merasa tidak nyaman dengan fenomena super dolar AS yang terlampau cepat. Akibatnya, masyarakat cenderung lebih senang menyimpan dananya di perbankan sehingga Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat.

"Jadi inflasi rendah bukan karena keberhasilan mengendalikan impor. Tapi produsen dan konsumen sama-sama mengerem belanja. Produsen tidak berani naikkan harga takut tidak laku, konsumen nahan belanja karena takut krisis bakal datang‎ mengingat rupiah melemah sampai 14 ribu per dolar AS, membayangkan krisis 1998," tutur Tony.

Ia meramalkan, inflasi berpeluang meroket pada Desember 2015 karena tren belanja akhir tahun. Ia melanjutkan, inflasi di periode penghujung tahun akan mencapai sekitar 0,6 persen karena ada momen Natal dan Tahun Baru.

"Kalau sekarang inflasi year to date 2,16 persen, lalu ada kontribusi kurang dari 1 persen dalam dua bulan terakhir ini karena ada bonus akhir tahun yang mendorong belanja naik. Jadi prediksi saya inflasi mencapai berkisar 3 persen di 2015," ujar Tony.

Senada, Direktur Eksekutif INDEF, Enny Sri Hartati memproyeksikan, terjadi tekanan inflasi musiman karena di November-Desember 2015. Khusus untuk November ini, ia meramal inflasi sekitar 0,2 persen.

"Pola inflasi di dua bulan terakhir jelang akhir tahun agak berbeda. Biasanya inflasi selalu lebih tinggi karena ada faktor musiman. Permintaan naik karena ada Natal dan Tahun Baru, tapi problemnya ada penurunan daya beli sehingga tekanan di sisi permintaan relatif kecil," pungkas Enny. (Fik/Ahm)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini