Sukses

BI Beber Keuntungan RI Saat Yuan Jadi Mata Uang Global

Kebijakan itu tidak akan mempengaruhi struktur keuangan Indonesia terutama terkait cadangan devisa (cadev).

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memasukkan mata uang China yuan atau renminbi ke dalam keranjang mata uang acuan global pada awal pekan ini.

Bank Indonesia pun menyambut baik hal inik. Masuknya yuan dalam special drawing right (SDR) dinilai memang sudah seharusnya mengingat dominasi market China di dunia semakin besar.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo juga menegaskan kebijakan itu tidak akan mempengaruhi struktur keuangan Indonesia terutama terkait cadangan devisa (cadev).

"Kita sudah pakai yuan sebagai cadangan devisa, kalau sekarang jadi bagian dari special drawing right itu sangat baik," kata Agus di Jakarta, Selasa (1/12/2015).

Menurut Agus, masuknya renminbi kedalam SDR akan membawa banyak keuntungan bagi Indonesia, terutama dalam mengurangi penggunaan dolar AS. Dengan begitu akan mengurangi ketergantungan pergerakan rupiah terhadap ekonomi AS.

Sementara terkait perdagangan, Agus menjelaskan nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$ 30 miliar. Sementara China mengimpor hingga sebesar US$ 15 miliar ke Indonesia.

"Jadi seandainya yuan jadi bagian special drawing right tentu nanti kegiatan untuk ekspor impor menggunakan mata uang renminbi dan rupiah makin dapat diwujudkan," tegas Agus.

Namun Agus berharap pemerintah China untuk lebih gencar melakukan sosialisasi kepada dunia internasional agar penggunaan yuan semakin merata, tidak hanya di Asia saja.

Keputusan Dewan Eksekutif IMF menambahkan yuan atau dikenal sebagai renminbi di SDR bersama dolar Amerika Serikat (AS), euro, poundsterling dan yen menjadi tonggak penting integrasi China dalam sistem keuangan global dan komitmen melakukan reformasi.

Pemerintahan China telah melakukan sejumlah reformasi untuk memenuhi kriteria IMF meski agak membingungkan. China memberikan akses lebih baik bagi orang asing ke pasar mata uang China, penerbitan utang lebih sering dan jam perdagangan yuan ditingkatkan.

Akan tetapi, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengharapkan China tidak hanya berhenti di situ.

"Upaya kelanjutan dan pendalaman ini akan membawa sistem moneter dan keuangan internasional lebih kuat sehingga pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan dan stabilitas China dan ekonomi global," ujar Lagarde seperti dikutip dari laman Reuters.

Yuan pun memiliki bobot 10,92 persen dalam SDR tersebut, sejalan dengan harapan. Hal itu dilakukan setelah review dari rumus bobot untuk SDR yang menentukan mata uang negara mana yang dapat menerima sebagai bagian dari pinjaman IMF.  (Yas/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.