Sukses

Jurus Pertamina Kurangi Kebocoran dari Serah Terima Minyak

Pertamina akan memperbaiki sistem dan investasi serta sarana-prasarana agar pengawasan serah terima minyak lebih akurat.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pert‎amina (Persero) menargetkan dapat menekan kehilangan mencapai US$ 300 juta dari proses serah terima minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).

Koordinator Proyek Tim Pembenahan Tata kelola Arus Minyak Faisal Yusra mengatakan ‎target tersebut setara dengan 0,25 persen dari serah terima minyak yang dilakukan tahun depan.

"Tahun depan berkurang 0,25‎ persen atau US$ 300 juta dengan harga minyak US$ 50-60 per barel," ‎kata Faisal di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, seperti ditulis Selasa (8/12/2015).

Faisal mengungkapkan untuk mencapai target tersebut, harus ada perbaikan‎ sistem dan investasi sarana prasarana, seperti alat ukur dan tangki, agar pengawasan serah terima menjadi lebih akurat.

"Kami bicara perbaikan bahwa sistem ini alat sarana prasarana kita sempurna. Masuk tahap dua, masuk investasi apa yang diperlukan tangki kecil untuk mengelola kapal kecil, perlu alat ukur, alat pendeteksi kapal untuk kontrol, bicara seperti ini tahapan berikutnya investasi," ujar Faisal.

Faisal melanjutkan untuk mencapai target kehilangan perlu dilakukan koordinasi antar instansi yang bertugas melakukan pengawasan.

"Kami punya rekomendasi, pertama menyangkut organisasi satgas ini harusnya jadi permanen, kedua keterlibatan lembaga eksternal karena perlu banyak bersangkutan dengan lembaga eksternal, Bea Cukai, Perhubungan, TNI, karena minyak lewat laut, minyak milik negara, sehingga semua harus sama menjaga. Saya usulkan bahwa dilakukan adanya kerja sama banyak pihak dengan eksternal supaya minyak itu tidak ada yang hilang pada 2016," ujar dia.

Cara Kerja Pertamina Awasi Serah Terima Minyak

Faisal juga menceritakan bagaimana cara kerja Tim Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak‎, sehingga mendapat penghematan Rp 3 triliun dari pengawasan serah terima minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).

Faisal mengatakan ‎saat tim sudah terbentuk pada Maret 2015, langsung dilakukan penyisiran pada terminal penyimpanan minyak mentah dan BBM yang paling banyak menghilangkan minyak (loses).

"Maret 2015 kita mulai. Kita pilih terminal paling buruk hasil datanya, baik minyak mentah dan produk, kami jadikan pilot project," kata Faisal.

Faisal melanjutkan, tim tersebut mendatangi seluruh proses sumber, pengiriman, pengolahan minyak, dan pihak yang bertanggung jawab dalam serah terima minyak di Indonesia.

"Perbaikan dilakukan secara menyeluruh. Tim bekerja keliling Indonesia mendatangi lapangan, kapal. Yang penting bahwa kita kita lihat siapa yang bertanggung jawab membuat pola perhitungan, semua detail. Banyak sekali alat ukur dipakai. Kita lakukan semua pihak dikontrol alat kalibrasi," kata dia.

Faisal mengungkapkan, tim tersebut melakukan evaluasi proses serah terima minyak, mengubah alat pengukur, dan melatih sumber daya manusia agar lebih terampil dalam melakukan proses serah terima minyak.

"Kami evaluasi dan lakukan perubahan baik alat, dan sumber daya manusia dilatih, baru sekarang monitoring banyak sistem yang dilakukan," tutur Faisal.

Faisal menuturkan sebelum tim tersebut dibentuk, angka kehilangan dari proses serah terima minyak cukup tinggi. Angkanya mencapai US$ 530 juta dolar dengan minyak sebanyak 4,6 juta barel pada 2014.
‎

"Itu kehilangannya. Dalam situasi seperti ini, berarti proses serah terima kita belum efektif dan efisien. Karena itu, tim harus ada penurunan selisih itu tidak dapat dibuktikan namanya kehilangan," tutur Faisal. (Pew/Ahm)**

 

** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.