Sukses

2 Sentimen Ini Bikin Rupiah Bertahan di 14.000 per Dolar AS

Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah melemah 13,30 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berkutat di kisaran 14.000 per dolar AS pada perdagangan Selasa pekan ini. Sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah masih mengenai rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) dan penurunan harga minyak dunia.

Mengutip Bloomberg, Selasa (15/12/2015), rupiah berada di level 14.036 per dolar AS pada pukul 11.05 WIB. Level tersebut menguat jika dibanding dengan pembukaan yang ada di angka 14.060 per dolar AS dan juga jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 14.122 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah sempat menguat di level 13.991 per dolar AS dan juga melemah ke level 14.084 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah telah melemah 13,30 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah menguat tipis ke 14.065 per dolar AS jika dibandingkan perdagangan sehari sebelumnya yang ada di level 14.076 per dolar AS.


Southeast Asia head of global markets research Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Singapura, Leong Sook Mei menjelaskan, pelemahan rupiah karena dua sentimen. pertama masih karena rencana kenaikan suku bunga The Fed. "Pelemahan harga komoditas juga membuat rupiah tertekan," jelasnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Kenaikan bunga The Fed meningkatkan kekhawatiran akan adanya pelarian dana-dana asing yang berdampak kepada penguatan dolar AS dan menekan rupiah. Sedangkan penurunan harga komoditas terutama minyak bumi akan berdampak kepada kinerja pertumbuhan ekonomi karena memang saat ini ekspor terbesar Indonesia masih di sektor migas.

Analis LBP Enterprises, Lucky Bayu Purnomo mengungkapkan hal yang sama. "Ada sentimen negatif yaitu potensi melemahnya harga minyak dunia yang saat ini di kisaran US$ 35 per barel dan juga antisipasi kenaikan suku bunga The Fed," kata dia kepada Liputan6.com.

The Fed telah menahan suku bunga selama hampir 7 tahun. Langkah The Fed menahan suku bunga di level rendah tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika yang terpuruk akibat kasus subprime mortgage. Rencana kenaikan suku bunga ini meningkatkan kehawatiran dari pelaku pasar akan adanya pelarian dana-dana asing.

Lucky melanjutkan, pelemahan harga minyak juga membuat rupiah melemah. "Pelemahan minyak menjadi potret kepanikan terhadap kinerja rupiah. Dengan melemahnya minyak dunia perilaku pasar tidak punya keberanian melakukan transaksi, karena transaksi terbesar di pasar uang kemudian pasar komoditas," jelasnya. (Gdn/Ahm)



**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini