Sukses

Rupiah Terpuruk Gara-gara Perusahaan Cicil Utang

Kurs rupiah saat ini seharusnya ‎bisa menguat di kisaran Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menilai kurs rupiah saat ini seharusnya ‎bisa menguat di kisaran Rp 13 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).
 
Pergerakan yang terjadi saat ini hingga menyentuh level lebih dari Rp 14 ribu per dolar AS dinilai akibat tingginya permintaan valuta asing (valas) untuk mencicil utang luar negeri. 
 
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa ‎BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, rupiah bergerak mencari keseimbangan baru. Pergerakannya sejak dulu ke level Rp 9.000 per dolar AS, lalu melemah menjadi ke level Rp 10 ribu dan kemudian semakin tertekan Rp 11 ribu per dolar AS. 
 
"Saat ini terbentuk keseimbangan baru, harusnya Rp 13 ribu per dolar AS. Kalau sampai Rp 14 ribu per dolar AS berarti masalah gangguan, faktor musiman permintaan valas yang tinggi. Jadi karena sudah biasa, kecenderungannya menekan rupiah," jelasnya di Jakarta, Selasa (15/12/2015).
 
‎Kebutuhan dolar AS, kata Sasmito, membengkak seiring kewajiban perusahaan-perusahaan membayar cicilan maupun bunga utang luar negeri sehingga memicu pelemahan terhadap rupiah. Ia berharap, depresiasi rupiah akan tertahan dikisaran Rp 14 ribu per dolar AS. 
 
"Kita harap bertahan disitulah, kalau bisa di bawah Rp 14 ribu per dolaar AS karena keseimbangannya dikisaran Rp 13 ribu, saat ini masih ketinggian. Tapi Januari diperkirakan membaik lagi, karena ada penguatan di sektor keuangan," jelasnya. 
 
Data BPS menunjukkan, kurs rupiah terhadap dolar AS pada November ini tertekan sebesar 0,63 persen atau 86,07 poin dibanding posisi Oktober lalu. Level terendah rata-rata rupiah pada pekan ketiga bulan kesebelas yakni Rp 13.686,26 per dolar AS. Sementara menurut Propinsi, level terendah kurs tengah terjadi di Nusa Tenggara Barat Rp 13.790 per dolar AS.
 
"Dugaan kami banyak pembayaran utang yang harus dipenuhi di akhir 2015 sehingga kebutuhan permintaan valas terutama dolar AS meningkat," kata Kepala BPS Suryamin. (Fik/Nrm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.