Sukses


Bagaimana Kondisi Pasar Perumahan di 2016?

Rencana pengembangan infrastruktur secara masif menjadi salah satu faktor yang meningkatkan harga properti

Liputan6.com, Jakarta - Melemahnya perekonomian nasional yang terjadi pada awal 2015 berpengaruh terhadap pasar perumahan. Hal ini terlihat dari penurunan transaksi perumahan serta nilai penyerapan unit secara keseluruhan. Demikian informasi yang dikutip dari laman Rumah.com.

Menanggapi kondisi pasar yang melemah, beberapa developer cenderung untuk meluncurkan unit rumah dengan harga yang lebih terjangkau dan mudah diserap oleh pasar. Lebih dari setengah jumlah pasokan baru berada pada segmen bawah sampai menengah, atau sekitar 75 persen dari total pasokan baru.

Akibatnya, terjadi penurunan penyerapan dalam Rupiah yang cukup signifikan selama periode tersebut. Penurunan ini bahkan tercatat sebagai penurunan terbesar dalam lima tahun terakhir (-25 persen HoH dan -27,8 persen YoY).

Survei yang dilakukan Cushman & Wakefield Indonesia menunjukkan, tipe rumah yang paling diminati di tahun ini berada pada rentang harga Rp 600 juta sampai Rp 1,2 miliar dengan ukuran bangunan 45 m² -120 m² dan luas tanah 60 m² – 115 m².

Dari segi komposisi penjualan, terjadi peningkatan yang cukup besar untuk segmen menengah ke bawah, dari 6 persen di 2014 menjadi 37 persen di 2015. Sementara untuk segmen menengah, komposisinya relatif stabil yakni 35 persen dari total penjualan.

Di sisi lain, penurunan komposisi penjualan terlihat pada segmen menengah-atas dan segmen atas. Komposisi penjualan pada segmen menengah-atas turun dari 22 persen di 2014 menjadi 12 persen di 2015, sedangkan segmen atas turun dari 31% di 2014 menjadi 10% di 2015.

2016 Lebih Baik?

Cushman & Wakefield memprediksi pasar perumahan akan lebih baik di 2016. Hal ini didukung oleh beberapa regulasi Pemerintah, seperti peraturan baru LTV (loan to value). Pada peraturan tersebut, batasan maksimum LTV sebesar 80 persen akan ditetapkan pada transaksi kredit properti pertama, sedangkan batasan maksimum LTV sebesar 70 persen dan 60 persen masing-masing akan ditetapkan pada transaksi kredit properti kedua dan ketiga.

Di sisi lain, tingkat pertumbuhan permintaan tahunan diharapkan dapat mencapai 3,6 persen di akhir 2015 dan secara moderat meningkat menjadi 3,9 persen di 2016.

Sementara, tingkat pertumbuhan pasokan tahunan diharapkan dapat meningkat sebesar 3,9 persen pada akhir 2015 dan menjadi 4,1 persen pada 2016, dimana mayoritas pasokan berasal dari segmen menengah-bawah dan menengah.

Cushman & Wakefield memerkirakan rata-rata harga tanah di Jabodetabek dapat meningkat menjadi Rp9,7 juta per meter persegi pada akhir 2015 (meningkat 16,7 persen YoY), dan diproyeksikan dapat mencapai Rp11,7 juta per meter persegi di 2016 (meningkat 20,7 persen YoY).

Rencana pengembangan infrastruktur secara masif yang dilakukan Pemerintah, seperti tol dan LRT, menjadi salah satu faktor yang meningkatkan harga tanah secara signifikan.(Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.