Sukses

Ini Alasan Proyek Pengolahan Gas Blok Masela Harus di Laut

Pakar tidak merekomendasikan penggunaan sistem perpipaan (onshore) untuk mengembangkan Blok Masela.

Liputan6.com, Jakarta - Lokasi Blok Gas Abadi Masela di Maluku memiliki potensi rawan gempa. Sebab itu pembangunan fasilitas pengolahan gas menjadi gas alam cair (Liquid Natural Gas/LNG) ‎ditengah laut (Off Shore) dinilai menjadi pilihan yang tepat.

Pakar geoteknik dan bencana Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Kriyo Sambodho mengatakan, wilayah sekitar Blok Masela di Laut Arafura, Maluku merupakan daerah rawan bencana gempa dan tsunami.
   
"Dengan risiko tersebut, kami tidak merekomendasikan pengembangan Blok Masela dengan skema onshore (darat)," kata Kriyo, di Jakarta, Selasa (22/12/2015).

Dia menuturkan, berdasarkan data US Geological Survey (USGS), daerah sekitar Blok Masela di Laut Arafura, Maluku merupakan wilayah dengan frekuensi gempa yang tinggi.

Sesuai data tersebut, pada periode 1900 hingga 2013 tercatat kejadian gempa di sekitar Masela sebanyak 2.248 kali dengan kekuatan (magnitude) antara skala 5-9 Mw dan kedalaman 300 km.

Sedangkan, untuk gempa dangkal dengan ciri kedalaman hingga 60 km yang terjadi di lokasi yang sama tercatat sebanyak 1.474 kejadian. Jika dikelompokan pada kategori gempa menengah dengan "magnitude" di atas tujuh Mw, maka terdapat sembilan kejadian dalam rentang periode 1900-2015.

"Data-data itu menunjukkan tingkat aktivitas seismik yang tinggi di sekitar Blok Masela, sehingga harus menjadi pertimbangan dalam memilih sistem eksploitasi yang sesuai," tutur Kriyo.

Dia mengungkapkan, pihaknya tidak merekomendasikan penggunaan sistem perpipaan (onshore) untuk mengembangkan Blok Masela.

Potensi gempa, bisa membahayakan sistem perpipaan seperti terangkatnya pipa yang terpendam, rekahan tanah, kelongsoran tanah di dasar laut, serta penurunan tanah.

"Di tambah lagi, jarak pipa yang direncanakan cukup jauh yakni 600 km ke Kepulauan Aru atau 160 km ke Saumlaki, sehingga makin rawan kerusakan akibat gempa," pungkasnya.(Pew/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini