Sukses

Penyesuaian UMP Bakal Jadi Pemicu Kenaikan Inflasi di 2016

Kenaikan UMP akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang memberikan efek langsung pada peningkatan biaya produksi.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat angka inflasi nasional yang ada di bawah perkiraan pemerintah merupakan satu hal yang cukup baik. Hal ini merupakan realisasi konsistennya Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID) dalam berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

Meski 2015 laju inflasi terkendali, BI memperkirakan pada 2016 ini masih akan menjadi tahun yang penuh tantangan dalam dalam menekan laju inflasi, terutama untuk wilayah DKI Jakarta.

Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Doni P. Joewono, memperkirakan angka inflasi di 2016 ini akan lebih tinggi jika dibanding dengan 2015. Ada penyebab utama yang menyebabkan hal tersebut terjadi. 

Pertama adalah pola perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta hingga Desember 2015 yang cenderung mengalami kenaikan. Kedua adalah prospek perekonomian domestik yang membaik. 

"Dengan aktivitas ekonomi yang meningkat, cenderung diikuti oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa, yang selanjutnya meningkatkan tekanan inflasi," kata Doni, Selasa (5/1/2016).

Selain itu, berbagai risiko inflasi tetap perlu diwaspadai pada 2016. Risiko tersebut antara lain adalah tren pergerakan rupiah yang belum stabil yang akan berdampak pada pergerakan inflasi inti serta kenaikan upah minimum provinsi (UMP) Jakarta.

Menurut Doni, kenaikan UMP akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang memberikan efek langsung pada peningkatan biaya produksi maupun jasa pada 2016. Berlanjutnya musim tanam dan penghujan serta potensi banjir juga perlu diwaspadai karena akan berdampak pada berkurangnya pasokan pangan.

"Penguatan koordinasi BI dan Pemerintah Provinsi DKI melalui TPID sangat diperlukan untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi 2016, terutama dari administered prices dan volatile food," dia menegaskan.

Koordinasi kebijakan administered prices, terutama terkait dengan waktu penetapan kebijakan tersebut, agar tidak bersamaan dengan munculnya tekanan inflasi yang bersifat musiman.

Sementara itu, tekanan inflasi volatile food diperkirakan dapat berasal dari terbatasnya pasokan sejumlah bahan pangan. Menghadapi tantangan tersebut, diperlukan sinkronisasi kebijakan yang didukung dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak.‎ (Yas/Gdn)**


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.