Sukses


Rupiah Anjlok, Penjualan Lahan Industri Kurang Laku

Penjualan lahan industri di tahun 2015 mengalami penurunan.

Liputan6.com, Jakarta Penjualan lahan industri di tahun 2015 mengalami penurunan. Total lahan industri yang terjual sepanjang tahun 2015 sebanyak 347,51 ha atau hanya 79 persen dari torehan tahun 2014.

Associate Director Konsultan Properti Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, melambatnya penjualan lahan industri disebabkan oleh nilai tukar rupiah yang anjlok di 2015. Alhasil, hal tersebut menambah beban industri yang berimbas pada ekspansi perusahaan.

"Nilai tukar rupiah di luar ekspektasi itu yang menghambat industri Indonesia. Industri teknologi tinggi perlu impor dari luar itu biayanya meningkat dengan pelemahan rupiah. Itu tidak bisa diprediksi," kata dia, Jakarta, Rabu (6/1/2015).

Tak sekadar itu, upah minimum buruh pun berkaitan dengan menurunnya penjualan lahan industri. Lantaran, masalah upah minimum kala itu belum memberikan kepastian untuk pengusaha.

Dari data Colliers, kawasan Modern Cikande menempati urutan pertama dari sisi penyerapan lahan yakni sekitar 160 hektar. Posisi kedua diisi oleh Greenland International Industrial sekitar 120 ha.

‎Ferry mengatakan, untuk harga lahan industri masih relatif stabil. Harga lahan di Bogor rata-rata US$ 161,6 atau Rp 2,25 juta per meter persegi (Kurs: Rp 13.945/dolar), Bekasi US$ 221,1 atau Rp 3,08 juta per meter persegi, Tangerang US$ 141,6 atau Rp 1,96 juta per meter persegi, Karawang US$ 185 atau Rp 2,57 juta per meter persegi, dan Serang US$ 130,7 atau Rp 1,28 juta per meter persegi.

‎"Harga secara relatif stabil nggak ada kenaikan, isu utama adalah harga lahan di sini masih dolar mereka belum terlalu siap mentransfer jadi rupiah, kebanyakan klien luar yang tahu hanya dolar. Tapi yang mereka lakukan, mereka meng-cover ke rupiah saat transaksi," ujarnya.

Sementara ‎itu, di 2015 aktivitas industri makanan dan minuman memuncaki posisi tertinggi dengan porsi 31,39 persen, disusul otomotif dengan 26,56 persen, dan bahan bangunan 7,26 persen. "Industri yang aktif 2015 trennya makanan minuman, otomotif nomor dua," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Video Terkini