Sukses

Harga Minyak Brent Anjlok di Bawah US$ 30 per Barel

Pasar global masih kelebihan pasokan produksi di seluruh dunia, dan kondisi ini cukup membebani pasar.

Liputan6.com, New York - Harga patokan minyak mentah Brent turun di bawah US$ 30 per barel, untuk pertama kalinya dalam lebih dari 10 tahun, sehari setelah harga minyak Amerika Serikat (AS) juga mengalami hal serupa.

Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (14/1/2016), minyak Brent diperdagangkan hingga ke level US$ 29,96 per barel, turun 55 sen atau 1,8 persen menjadi US$ 30,31 per barel di ICE Futures Europe. Ini merupakan penutupan terendah sejak April 2004.

Harga minyak Brent jatuh selama delapan sesi perdagangan, penurunan terpanjang sejak Juli 2014.

Sedangkan harga minyak patokan AS ditutup naik 4 sen menjadi US$ 30,48 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga kontrak turun di bawah US$ 30 per barel untuk pertama kalinya sejak tahun 2003 pada Selasa kemarin.

Harga minyak sempat naik pada awal perdagangan, di tengah rilis data permintaan dari China akan tetap tinggi. Namun harga berbalik arah usai data persediaan AS menunjukkan membanjirnya stok dan produk olahan baru minyak mentah.

Lembaga Administrasi Informasi Energi (EIA) AS mengatakan pasokan minyak mentah dan produk olahan seperti bensin naik sebesar 10 juta barel dalam pekan yang berakhir 8 Januari menjadi 1,3 miliar barel. Dikatakan EIA ini merupakan rekor.

Permintaan untuk produk olahan, terutama bensin, meningkat tajam pada 2015 karena konsumen mengambil keuntungan di tengah rendahnya harga, dan beberapa investor menunjukkan konsumsi yang kuat sebagai alasan utama mereka berharap harga minyak mulai naik pada akhir tahun ini.

Namun konsumsi menyusut dalam beberapa pekan terakhir karena faktor cuaca telah membatasi permintaan, menurut data EIA.

Alhasil, jika permintaan terus melemah, harga minyak bisa tinggal lebih rendah lagi untuk beberapa lama. Di mana, analis dan investor saat ini berharap kekenyangan pasokan minyak mentah berlanjut.

"Saat ini kami tidak melihat informasi yang cukup yang menunjukkan adanya kepercayaan yang tinggi bahwa kondisi terburuk sudah berakhir," kata Dominick Chirichella, Analis di Energy Management Institute.

Pasar global memang masih kelebihan pasokan produksi di seluruh dunia, dan kondisi ini cukup membebani pasar.

Persediaan minyak mentah yang dekati level tertinggi dalam delapan dekade pada bulan April diprediksi bisa melampaui 500 juta barel, menurut pengamat pasar.

Produksi minyak mentah AS juga naik dalam seminggu hingga 9,2 juta barel per hari. Meskipun pemotongan besar dalam dana pengeboran baru.

Di sisi lain, data impor China yang dirilis Rabu menunjukkan permintaan yang kuat untuk minyak mentah, mengurangi beberapa kekhawatiran negara bisa meredakan perlambatan ekonomi negara ini. China adalah konsumen minyak nomor dua dunia.

Ekspektasi peningkatan produksi Iran juga membebani pasar. Sanksi terhadap negara ini diharapkan akan dihentikan dalam beberapa hari, yang memungkinkan Iran untuk membanjiri pasar dengan kelebihan pasokan minyak mentahnya.(Nrm/Zul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.