Sukses

Turki Gandeng RI Kembangkan Bisnis di Asia Tenggara

Turki mengembangkan industri pertahanan melalui Aselsan yang berada di bawah naungan Turkish Armed Forces Foundation.

Liputan6.com, Jakarta - Turki akan menjajaki kerja sama pada sektor industri pertahanan dengan Indonesia. Ketertarikan Turki ini lantaran Indonesia telah memiliki industri pertahanan yang produknya juga telah digunakan negara lain.

Perwakilan Pemerintah Turki, Sahin Uruc mengatakan, pihaknya menempatkan Indonesia sebagai negara yang penting dalam kemitraan industri pertahanan.

"Kami memang ingin menjadikan Indonesia sebagai partner di Asia Tenggara, berjangka panjang dan pada pelaksanaannya melibatkan industri domestik," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (19/1/2016).

Saat ini Turki mengembangkan industri pertahanan melalui perusahaan bernama Aselsan yang berada di bawah naungan Turkish Armed Forces Foundation.

Country Manager Aselsan for Business and Market Development Asia Pacific, Kagan Menekse mengatakan, perusahaan yang telah berusia 40 tahun ini menjalankan industri mikro-elektronik, optik, transportasi, energi, radar, sistem satelit, persenjataan kapal perang hingga rudal.

"Di Indonesia, Aselsan bekerja sama dengan LEN Industri mengembangkan sistem mikro-elektronik selama 4 tahun dan kami ingin memperluas di bidang lainnya. Kami berharap dukungan dan arahan Menteri Perindustrian Indonesia untuk langkah ke depan," kata dia.

Aselsan juga menjalin kerja sama dengan Pindad dalam produksi dan pengembangan jenis senjata senapan serbu dan dengan TNI Angkatan Darat berupa penyediaan radio komunikasi tempur.

Kerja sama internasional yang telah dilakukan Aselsan antara lain dengan Kazakstan, Azerbaijan, Yordania, Uni Emirat Arab dan Afrika Selatan. Aktivitas riset perusahaan dilakukan bersama lebih dari 25 universitas dan melibatkan 2.395 insinyur.

Nilai penjualan pada 2014 mencapai US$ 1,03 miliar, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 959 juta. Produk Aselsan telah diekspor ke 48 negara senilai US$ 211 juta atau 22 persen dari total penjualan.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin menyambut baik rencana pemerintah Turki yang ingin meningkatkan kerja sama industri pertahanan dan alat persenjataan. Namun, dia meminta dua hal untuk dilakukan dalam pelaksanaan kemitraan strategis itu.

"Pertama, Turki harus melibatkan industri pertahanan dalam negeri kita dan yang kedua, mesti menjalin kerja sama riset dan pengembangan, R&D," ujar Saleh.

Saleh menilai, Turki harus membuktikan keseriusan dengan dua langkah konkret itu karena hal ini menyangkut kepentingan nasional. Pertimbangannya, kerja sama internasional dapat memacu industri pertahanan nasional yang telah ada dan mendongkrak penggunaan komponen lokal.

Aktivitas riset dan pengembangan juga menunjukkan visi kerja sama berorientasi jangka panjang. Selain itu mendorong transfer teknologi dan produksi bersama sesuai kebutuhan militer Indonesia.

"Sudah beberapa negara yang bekerja sama dengan industri pertahanan seperti Pindad, LEN dan PT PAL, itu menunjukkan kemampuan kita. Turki tahu itu dan mereka kini merapat ke Indonesia, syaratnya mereka harus punya konsep yang menguntungkan Indonesia," jelas Saleh.

Pindad misalnya, menggandeng perusahaan sistem persenjataan asal Belgia, CMI Defense dan pabrikan misil Swedia, SAAB Dynamics AB. Sedangkan untuk perawatan dan modifikasi peralatan TNI, BUMN asal Bandung bekerja sama dengan RLS dari Jerman.

Sementara, PT PAL Indonesia melakukan produksi bersama (joint venture) dengan galangan kapal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding dalam Proyek Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR). (Dny/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini