Sukses

Harga Minyak Jatuh, Ini Emiten Diuntungkan dan Tertekan

Harga minyak dunia turun menguntungkan sejumlah emiten karena biaya bahan baku merosot.

Liputan6.com, Jakarta - Kekhawatiran tambahan pasokan minyak dari Iran seiring sanksi internasional dicabut membuat harga minyak dunia makin tertekan hingga di bawah US$ 30 per barel.

Pada perdagangan Selasa (19/1/2016),harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 42 sen menjadi US$ 29 per barel. Harga minyak Brent berada di level US$ 28,69 per barel.

Harga minyak dunia sempat berada di kisaran US$ 110 per barel pada Januari 2014. Pasokan minyak berlebih dan permintaan melambat dinilai menjadi faktor pendorong harga minyak tertekan.

Tekanan harga minyak seperti dua sisi mata uang dapat memberikan sentimen negatif dan positif ke sejumlah sektor saham di pasar modal Indonesia. Sejumlah analis menuturkan tekanan harga minyak memukul harga komoditas seperti batu bara dan crude palm oil (cpo). Hal ini berdampak terhadap sektor saham perkebunan dan tambang.

"Semua berbasis komoditas pasti tertekan. Apalagi Indonesia ekspor komoditas," ujar Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su, saat dihubungi Liputan6.com.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan harga komoditas masih belum akan pulih. Karena itu, emiten tambang dan perkebunan masih melemah. Akan tetapi, William menilai, sektor perkebunan masih diuntungkan dari kondisi alam.

"Setelah El Nino, sektor perkebunan diuntungkan dengan La Nina jadi sektor perkebunan ikut tertolong," ujar William.

Sedangkan emiten diuntungkan dari harga minyak dunia tertekan seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). William menambahkan, harga minyak dunia turun menekan harga avtur sehingga menguntungkan PT Garuda Indonesia Tbk.

"Namun PT Garuda Indonesia Tbk memiliki utang dolar Amerika Serikat (AS) cukup besar dan sisi lain harga minyak turun menjadi menyeimbangkan," kata William.

Selain PT Garuda Indonesia Tbk, emiten barang konsumsi dan semen juga diuntungkan. William menuturkan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mendapatkan sentimen positif karena biaya produksi turun.

Harry mengatakan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Indofood CBP Sukses Tbk (ICBP) diuntungkan dari harga minyak dunia tertekan. "Harga bahan baku turun menguntungkan sektor saham barang konsumsi," kata Harry.

Meski harga minyak dunia turun, Harry menilai hal tersebut juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Setiap 10 persen harga minyak turun, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan turun 10 persen karena pendapatan petani berkurang seiring harga komoditas tertekan," ujar Harry.

Ia menambahkan, dengan pertumbuhan ekonomi melambat juga dapat mempengaruhi perolehan dana dari pasar modal.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities Indonesia, Satrio Utomo mengatakan, harga minyak dunia melemah itu telah mendorong pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) seperti solar dan premium. Hal ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Akan tetapi, meski harga minyak dunia terus tertekan, Satrio melihat pemerintah belum akan kembali menurunkan harga BBM.

"Bila harga BBM turun lagi ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi sektor saham konsumsi," tutur Satrio. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.