Sukses

Penduduk Usia Kerja Susut, China Terancam Kekurangan Pekerja

Penurunan ini memicu kekhawatiran bahwa China mungkin akan mengulang sejarah negara tetangganya Jepang.

Liputan6.com, Shanghai - Penduduk usia kerja China mencatat penurunan terbesar pada 2015. Ini menjadi peringatan tentang ancaman kekurangan tenaga kerja di negara ini.

Jumlah pekerja berusia 16-59 turun 4,87 juta menjadi 911 juta pada tahun lalu. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penurunan pada 2014 sebanyak 3,71 juta, menurut laporan Biro Statistik Nasional China.

Melansir laman Wall Street Journal, Jumat (22/1/2016), penurunan usia kerja ini bertepatan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Kondisi serupa pernah dialami Jepang pada tahun 1990-an.

Penurunan ini memicu kekhawatiran bahwa China mungkin akan mengulang sejarah negara tetangganya yang harus berjuang keras memperbaiki perekonomian.

Kondisi ini juga bertepatan dengan penurunan jumlah pekerja migran China. Orang-orang yang biasanya meninggalkan kampung halaman untuk mencari pekerjaan di kota-kota, berkurang untuk pertama kalinya dalam 30 tahun. Populasi migran susut 5,68 juta menjadi 247 juta orang pada akhir 2015.

Turunnya jumlah tenaga kerja dapat membantu mencegah tingginya pengangguran. Tetapi hal ini ikut  menaikkan biaya tenaga kerja dan menghilangkan keunggulan kompetitif yang telah mendorong pertumbuhan produksi dan ekspor China selama beberapa dekade.

Demografi telah lama terdengar menjadi peringatan bagi negara yang sempat menerapkan kebijakan pengetatan populasi ini. Era kebijakan satu anak diprediksi ikut membebani prospek pertumbuhan penduduk China.

Seiring kelangkaan tenaga kerja, pekerja yang ada diprediksi akan menjadi lebih menuntut, meminta upah lebih tinggi dan manfaat lebih dari pekerjaannya.

Kelompok Advokasi Hong Kong China Labour Bulletin mencatat aksi protes buruh mencetak rekor hingga 422 kejadian pada Desember. Kemudian terdapat 2.774 insiden tenaga kerja, yang antara lain disebabkan masalah sengketa upah.

Bahkan, survei bisnis tahunan di Cina yang digelar Kamar Dagang Amerika menemukan, 54 persen dari perusahaan-perusahaan AS mengatakan biaya tenaga kerja menjadi tantangan terbesar bagi mereka untuk beroperasi di negara itu.

Namun ini dibantah Wakil Kepala Komisi Wang Pei'an, baru-baru ini di Beijing yang mengatakan masalah tenaga kerja di China lebih karena kualitas dan bukan kuantitas.

Cina memiliki populasi terbesar di dunia, dengan 1,37 miliar penduduk. Kini jumlah penduduk berumur tua terus naik sementara angka kelahiran menurun.

PBB memperkirakan jumlah penduduk China di atas usia 65 akan bertambah 85 persen menjadi 243 juta, pada 2030, naik dari 131 juta tahun ini. Itu karena sebagian besar pasangan di China mengaku biaya memiliki anak terlalu mahal di negaranya. (Nrm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.