Sukses

3 Hal yang Bikin Pasar Modal Indonesia Berfluktuasi

Infrastruktur di pasar modal Indonesia sudah sangat siap ketika menghadapi krisis.

Liputan6.com, Jakarta - Fluktuasi yang terjadi di pasar modal Indonesia dinilai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio dipengaruhi oleh tiga hal. Meski demikian BEI menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang ketika dihantam krisis finansial di 1998 ataupun 2008.

Menurut Tito, beberapa indikatornya adalah jika di akhir 1998 terdapat 70 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar modal mengalami kerugian, maka sampai dengan kuartal ketiga 2015 ada 70 emiten berkapitalisasi besar memperoleh laba. Selain itu, tingkat imbal hasil pasar modal Indonesia dalam 10 tahun terakhir merupakan salah satu yang tertinggi jika dibandingkan bursa-bursa lain di seluruh dunia.

Lanjut Tito, infrastruktur di pasar modal Indonesia sudah sangat siap ketika menghadapi krisis. Menurutnya ada beberapa alasan mengapa pasar modal Indonesia masih bergerak fluktuatif walaupun telah memiliki saham-saham yang berkualitas baik dengan dukungan infrastruktur yang optimal.

Pertama, adalah stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain, khususnya Dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat dipengaruhi oleh kondisi global. Tito percaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah dan akan terus berupaya maksimal untuk membuat nilai tukar Rupiah kembali stabil.

"Kedua adalah rentang (spread) antara laju inflasi dengan suku bunga acuan perbankan yang terlalu lebar, sedangkan di negara-negara lain justru menerapkan negatif spread dengan menekan tingkat suku bunga perbankannya demi memacu pertumbuhan ekonominya," jelas Tito, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (24/1/2016). 

Ketiga adalah banyak investor yang menunggu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia. Jika daya beli masyarakat Indonesia membaik, secara tidak langsung tentunya akan berimbas positif terhadap kenaikan laba emiten di BEI sehingga akan meredam fluktuasi di pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Di sisi lain, BEI sendiri terus berupaya meredam fluktuasi di pasar modal Indonesia dengan cara meningkatkan jumlah investor domestik. Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa aliran dana investor asing di pasar modal Indonesia masih berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.

Sebagai contoh, lanjut Tito, manajer investasi asing terbesar di dunia seperti BlackRock Investment Management LLC yang memiliki dana sekitar Rp 77 triliun akan mudah untuk masuk dan mengoleksi saham-saham di BEI. Apalagi di Amerika Serikat, masih banyak manajer investasi yang memiliki dana besar yang dapat masuk ataupun keluar dari pasar modal Indonesia dalam periode singkat.

"Jadi pasar modal Indonesia terlalu kecil. Makanya kami terus berupaya memperbesar pasar dengan meningkatkan jumlah emiten ataupun jumlah investor," jelas Tito.

Sekedar informasi, BlackRock sendiri memang telah memiliki investasi di pasar modal Indonesia. Salah satunya berwujud exchange traded fund (ETF) yang diberi nama Indonesia Investable Market Index Fund (EIDO) atau yang lebih dikenal dengan iShares MSCI Indonesia ETF.

Berdasarkan prospektus ringkasnya, Nilai Aktiva Bersih (NAB) EIDO per 31 Desember 2015 adalah senilai US$268,26 juta atau setara dengan Rp3,71 triliun berdasarkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dalam kurs tengah BI di periode yang sama. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.