Sukses

Pasar E-Commerce RI Makin Cerah

Untuk meningkatkan pasar e-commerce di Indonesia dan Asia Tenggara perlu meningkatkan akses internet.

Liputan6.com, Jakarta - Di saat industri minyak dan gas (migas) terpuruk, masa depan pasar belanja online atau dikenal dengan e-commerce di Tanah Air diprediksi kian cerah pada tahun Monyet Api ini. Alasannya, penetrasi internet di Indonesia makin melaju kencang dan dapat menjangkau seluruh masyarakat.

CEO Wardour and Oxford, Wempy Dyocta Koto mengutip data CIMB ASEAN Research Institute (CARI), menyebut, pada beberapa tahun mendatang, nilai transaksi pasar e-commerce Indonesia diprediksi mencapai lebih dari US$ 25 miliar sampai US$ 30 miliar atau sekitar Rp 320,8 triliun.

Wardour and Oxford merupakan agensi yang membantu perusahaan untuk memasarkan produknya secara global dari nasional menjadi go international.

"Penetrasi internet di Indonesia dapat mencapai 250 juta pengguna beberapa tahun mendatang. Jumlah tersebut setara dengan jumlah pengguna di Amerika Serikat (AS) saat ini," kata Wempy dalam keterangan resminya yang diterima Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Senin (1/2/2016).

Wempy menuturkan, saat ini nilai pasar e-commerce di Indonesia termasuk rendah dibanding negara tetangga lain, senilai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 16,7 triliun.

Penyebabnya, Wempy mengatakan, jumlah pembeli online di Tanah Air masih sangat sedikit apabila disandingkan dengan negara anggota Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) lainnya. Dari catatannya, sebanyak 39 juta pengguna internet pada 2013, hanya 5 juta pengguna yang menjadi pembeli online.

"Berbeda dengan Singapura. Dari jumlah penduduk sekitar 5,5 juta jiwa, sebanyak 3,2 juta orang telah menjadi pembeli online. Artinya lebih dari 50 persen penduduk Singapura merupakan target market e-commerce," papar Wempy.

Pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 39 tahun silam itu menuturkan, untuk meningkatkan pasar e-commerce di Indonesia dan Asia Tenggara, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Diantaranya, meningkatkan akses internet.

Saat ini, pemerintah tengah sibuk merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI), salah satunya dalam bidang usaha e-commerce. Kebijakan lainnya, mendorong penggunaan internet di wilayah Timur Indonesia, bekerjasama dengan perusahaan teknologi raksasa dunia.

"Pemerintah Indonesia harus turut serta dalam meningkatkan jangkauan internet di seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah kepulauan. Tapi, yang lebih penting, pemerintah juga harus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya akses internet," tutur Wempy.

Paling penting, Wempy bilang, pemerintah dan masyarakat Indonesia terus memberikan dukungan dan kepercayaan bagi kemunculan para start up lokal baru. Lantaran, ia menilai, sebagian masyarakat Indonesia masih skeptis terhadap layanan yang ditawarkan para pemain dan startup lokal.

Wempy meminta kepada pemerintah dan otoritas terkait agar memperkuat keamanan online, gencar mensosialisasikan pembayaran elektronik (e-payment). Pekerjaan rumah lainnya untuk meningkatkan daya saing di era pasar bebas ASEAN ini adalah meningkatkan efisiensi logistik dan perdagangan, di samping isu kepercayaan, pengiriman menjadi satu dari sekian banyak keengganan masyarakat membeli secara online.

"Biaya pengiriman mahal dan infrastruktur transportasi di Indonesia masih buruk. Solusinya, pemain e-commerce bisa bekerjasama dengan penyedia layanan logistik. Tujuannya meningkatkan layanan pengiriman mereka jadi lebih baik," kata Pria yang dijuluki James Bond Indonesia ini. (Fik/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini