Sukses

Educa Studio, Aplikasi Asal Salatiga Siap Rambah Pasar Global

Kesuksesan membutuhkan kerja keras. Kalimat tersebut dibuktikan oleh pasangan Andi Taru Nugroho (28) dan Idawati (27).

Liputan6.com, Salatiga - Kesuksesan membutuhkan kerja keras. Kalimat tersebut dibuktikan oleh pasangan Andi Taru Nugroho (28) dan Idawati (27). Usai menikah, pasangan yang berasal di Salatiga, Jawa Tengah, ini justru mendapat musibah. Keduanya harus kehilangan pekerjaan. Namun hal tersebut justru menjadi sebuah pencambukan bagi Andi dan Ida. 

Pasangan muda ini memutar otak. Mereka ingin mencoba peruntungan dengan membuka usaha dan tak lagi menjadi karyawan. Alasannya, mereka tak ingin lagi harus menerima pil pahit dikeluarkan dari pekerjaan. 

Akhirnya, usaha bisnis aplikasi dan games edukasi anak menjadi pilihan mereka. Alasannya cukup sederhana. Andi dan Ida ingin memanfaatkan sumber daya yang ada saja. Kebetulan, mereka telah memiliki perangkat komputer yang bisa digunakan untuk mengembangkan aplikasi. Selain itu, keduanya juga memiliki dasar ilmu untuk mengembangkan aplikasi. 

Dengan mengusung bendera Educa Studio, Andi menjabat sebagai CEO sekaligus Founder. Dengan ketekunannya, pasangan tersebut kini telah memproduksi lebih dari 200 aplikasi dengan jumlah pengguna mencapai 20 juta konsumen.

"‎Kami menyadari game edukasi memiliki market yang besar. Selain itu juga bermanfaat bagi masyarakat," kata dia di kantor Educa Studio,Salatiga (3/2/2016).

Dia bercerita, Educa Studio mulanya dibangun pada tahun 2012. Awalnya, mereka hanya bermodal perangkat komputer yang minim dan jaringan internet. Kemudian lahirlah beberapa game PC seperti Marbel (Mari Belajar dan Bermain). Tak disangka, produk tersebut diminati banyak orang.

Alhasil, dia pun mulai merambah ke bisnis yang lebih luas di jaringan mobile. Kebetulan, Google memiliki layanan AdMob yang menarik pendapatan dari iklan. "‎Ketika menggunakan AdMob masukan Android dapat revenue iklan yang muncul aplikasi games. Ternyata ada nilai di situ," ujarnya.

Sejalan dengan itu, dia pun juga menambah dari sisi tenaga kerja dan permodalan. Andi mengatakan sempat menjaminkan sertifikat rumah untuk mendapatkan pinjaman sebanyak Rp 600 juta.

Dengan langkah itu semua, Educa Studio sekarang memiliki sebanyak 13 pekerja dengan pendapatan di atas US$ 5.000 per bulan. Dari 200 aplikasi yang telah dilahirkan antara lain Marbel, Riri (Cerita Anak Interaktif), Kabi (Kisah Sahabat Nabi), dan Kolak (Koleksi Lagu Anak).

"‎‎Tahun 2012 pakai uang priibadi, terus 2013 investasi orang tua dengan seritifikat rumah saya gadaikan untuk kantor di pertama, di rumah lantai dua. Utang bank. Tahun 2014 produktif. Tahun 2015 utang lunas bangun kantor sendiri, yang pegang keuangan istri," jelasnya.

Mengintip Kerja Educa Studio

Pria lulusan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) ini mengaku, kendala utama dalam menjalankan usahanya ialah kesulitan dalam mencari Sumber Daya Manusia (SDM). Beruntung, dia bisa merayu orang-orang di sekitarnya yang kompeten dan spirit yang sama dalam menjalankan pekerjaan tersebut.

Dia juga mengatakan, dalam merekrut orang melatih siswa-siswa lulusan SMK untuk bekerja dengannya."‎Programer, kami caranya membuka kerja praktik SMK, saya sendiri programing, setelah lulus saya training," jelasnya.

Pada praktiknya, ‎untuk membuat program membutuhkan waktu sekitar 3 bulan hingga bisa dipublikasikan. Pertama, dia dan tim mesti melakukan riset untuk mencari kebutuhan pasar. Setelah itu membuat sketsa gambar dan diolah menjadi animasi. Lalu, berlanjut ke pemrograman dan audio. Baru terakhir masuk ke quality control yang dilakukan sendiri oleh istri Andi sampai produk benar-benar siap.

"‎Google Analitycs, kita bisa lihat datanya need-nya seperti apa, kalau start up banyak research, banyak banyak banget. Pesan saya star up research terus," jelasnya.

Pihaknya tak menampik, kini Educa Studio sedang menjajaki pasar yang lebih besar. Tahun ini, dia berencana merambah pasar global Amerika Serikat (AS) dengan aplikasi dalam bahasa Inggris.

‎"Kami ingin game yang kami miliki ekspor bahasa Inggris, kami ingin masuk brand baru lagu anak, terus kids game‎. Kami buat games inspirasi kalau anak-anak tertarik kalau bikin yang aplikatif banget tidak tertarik, tapi tertarik kalau permainan," tandas dia. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Google adalah salah satu perusahaan Amerika Serikat yang berkhususkan pada jasa dan produk internet.

    Google