Sukses

JK Angkat Bicara Soal Penutupan Pabrik Panasonic dan Toshiba

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kian menghantui Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kian menghantui Indonesia. Beberapa perusahaan sudah tutup dan melakukan PHK sementara lainnya dikabarkan segera menyusul. Apa respons pemerintah?

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui ada ancaman ekonomi sebagai dampak dari PHK itu. Namun, ia optimistis pertumbuhan ekonomi nasional terus terjaga.

“Ya pasti ada saja (ancaman ekonomi). Kami usahakan ekonomi tetap berjalan sehingga PHK berkurang, kalau perlu justru dibutuhkan tenaga kerja baru,” ujar JK, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (3/2/2016).

 

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan terdapat 13 perusahaan yang akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya pada Januari hingga Maret 2016 mendatang. Contoh perusahaan tersebut antara lain adalah Toshiba dan Panasonic, dengan total PHK 2.500 karyawan.


JK menjelaskan penutupan pabrik Toshiba dan Panasonic terjadi karena sulitnya produk 2 perusahaan tersebut bersaing di pasar Indonesia. Di Indonesia, lanjut dia, sudah banyak perusahaan serupa dengan harga yang saling bersaing.

“Mungkin ada bagian tertentu yang bersaing kan ada produksinya bermacam-macam kulkas. Mungkin ada bagian tertentu yang sulit bersaing, tidak tutup semua," tegas JK.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) membenarkan bahwa ada langkah restrukturisasi yang dilakukan dua pabrik elektronik raksasa, Panasonic dan Toshiba, di Indonesia. Imbas dari hal tersebut, ribuan buruh terkena PHK.

Franky Sibarani mengaku telah memperoleh informasi bahwa Panasonic dan Toshiba melakukan restrukturisasi sebagai upaya efisiensi di tengah persaingan industri elektronik yang ketat di Tanah Air.

Dia menjelaskan, restrukturisasi perusahaan terpaksa dilakukan Panasonic dan Toshiba karena kalah bersaing dengan produk elektronik dari China. Akhirnya, perusahaan tersebut berencana memproduksi barang elektronik jenis lain.

"Dari sisi kompetisi, produk mereka kalah dengan China, tapi bukan berarti mati. Mereka switch (pindah) ke produk lain," tandas Franky. (Alvin/Zul)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini