Sukses

RI Telah Ekspor Komponen Kereta ke AS dan Kanada

Bogie asal Indonesia dinilai mempunyai kualitas yang lebih baik jika dibandingkan komponen sejenis asal China dan India.

Liputan6.com, Jakarta - ‎Komponen kereta api asal Indonesia rupanya telah mampu menembus pasar internasional. Buktinya, kerangka roda kereta atau yang biasa disebut dengan bogie sudah diekspor secara rutin ke Amerika Serikat (AS) dan Kanada.

Ketua Umum Asosiasi Industri Penunjang Perkeretaapian Indonesia (AIPPI) Tony Budi Santoso‎ mengatakan, ‎tiap tahunnya Indonesia telah mengekspor bogie ke dua negara tersebut dengan nilai kontrak mencapai Rp 200 miliar. Bahkan bogie asal Indonesia dinilai mempunyai kualitas yang lebih baik jika dibandingkan komponen sejenis asal China dan India.

"Kami sudah ekspor ke AS dan Kanada untuk kereta di sana. Itu sudah sesuai dengan standar di sana. Kami ekspor rutin per tahun dengan nilai Rp 200m‎iliar. Ini kami bersaing dengan China dan India. AS dan Kanada bilang kami lebih bagus dari China dan India. Jadi kita bisa bersaing secara kualitas dan harga," ujarnya diJakarta, Rabu (10/2/2016).

Selain bogie, Indonesia juga telah mengekspor sambungan gerbong atau biasa disebut dengan yoke. Kebutuhan akan kereta di AS dan Kanada sebagai alat transportasi barang ‎dinilai menjadi pasar yang menjanjikan bagi industri komponen dalam negeri.

"Kami juga ekspor yoke ke Amerika, Kanada, dan Meksiko. Itu untuk kereta dengan kecepatan 120-200 km. Di AS itu banyak dibutuhkan untuk angkutan barang," kata dia.

Sementara untuk produksi kereta di dalam negeri, kata Tony, sebenarnya sekitar 70 persen komponennya bisa dibuat di dalam negeri. Saat ini yang belum bisa diproduksi di Indonesia dan masih harus diimpor hanya mesin dan roda.

"Yang masih impor hanya engine dan roda, yang lainnya bikin sendiri. Selama ini roda kita impor, padahal tiap tahun pasti ada kebutuhan karena dia aus, ini kami siapkan, mudah-mudahan teman-teman bisa. Sekarang sudah 70 persen, kami harapkan 2-3 tahun lagi bisa 80 persen," jelasnya.

Namu‎n demikian, dalam 10 tahun mendatang Tony yakin Indonesia bisa memproduksi mesin kereta sendiri. Hal ini bisa dipercepat jika ada dukungan dari industri yang biasa membuat mesin alat transportasi seperti General Electric (GE).

"Dan dalam 10 tahun engine bisa bikin sendiri Kendala kita di engine itu soal proses manufakturing yang harus presisi, teknologi itu yang kita belum. Tapi itu bisa kerjasama dengan GE, sehingga lama-lama enginering bisa dikembangkan di dalam negeri," tandasnya. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini