Sukses

Ini Penyebab Sektor Wisata Indonesia Tak Pernah Maju

Lima perusahaan dan 2 anak usaha BUMN bersinergi dalam mengembangkan industri pariwisata.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, penyebab kurang berkembangnya sektor wisata di Indonesia karena pembangunan lokasi wisata tidak fokus. Alhasil, tempat wisata Indonesia yang dikenal saat ini hanya Bali.

Rizal menuturkan sektor wisata merupakan sektor yang murah dan banyak menghasilkan lapangan pekerjaan. Sebutnya, untuk US$ 3.000 menciptakan satu lapangan pekerjaan dibanding sektor lain yang membutuhkan US$ 50 ribu.

"Begitu kami masuk ditunjuk jadi Menko, kami pelajari kenapa tidak pernah maju, dikenal seluruh dunia hanya Bali. Padahal puluhan tahun Departemen Pariwisata, punya anggaran puluhan tahun, nggak ada efeknya, setelah kami pelajari ternyata di masa lalu dibagi 60-80 lokasi sehingga nggak ada impact duit dibagi seemprit-seimprit hilang tengah jalan," jelasnya, Jakarta, Kamis (18/2/2016).

Maka dari itu, pemerintah sekarang lebih memfokuskan pada titik tertentu. Pemerintah memilih 10 lokasi untuk dikembangkan pariwisatanya, antara lain‎DanauToba, Kepulauan Seribu,Borobudur, Bromo, Labuhan Bajo, Mandalika, Morotai, Raja Empat dan lain-lain. "Dengan demikian cukup uang bangun airport, port, jalan, jaringan akses dan sebagainya," kata dia.

Pemerintah juga mengambil jalan lain untuk mendorong pariwisata. Di antaranya mendorong pembebasan visa. Lalu, mempermudah pemberian izin yacht dari biasanya 4-5 bulan menjadi semingguan. "Supaya jumlah wisatawan naik dari 10 juta menjadi 20 juta. Agar yang bekerja langsung dari 3 juta menjadi 7 juta. Agar devisa naik US$ 10 miliar menjadi US$ 20 miliar," tandas dia.

Sebelumnya, 5 perusahaan dan 2 anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersinergi dalam mengembangkan industri pariwisata untuk menghadapi Masyarakat ‎Ekonomi Asean (MEA). Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, MEA membuat iklim bisnis mengalami perubahan, kare‎na itu diperlukan kesiapan yang maksimal untuk menjawab segala tantangannya.

"Tak terkecuali BUMN yang juga harus senantiasa mengembangkan diri demi menciptakan nilai tambah sehingga memenuhi harapan dan tuntutan para pengguna jasa yang terus meningkat," kata Rini.

Sinergi BUMN Pariwisata menjadi salah satu upaya strategis bagi pengembangan potensi wisata BUMN. Hal itu untuk meningkatkan industri kepariwisataan khususnya pengembangan perekonomian Indonesia.

"Pada 2019, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia ditargetkan mencapai 20 juta wistawan, sehingga dibutuhkan peran BUMN," ujar Rini.

Rini mengatakan, untuk menjalankan sinergi tersebut telah dibentuk Satuan Tugas, sinergi yang dijalankan berupa pengembangan portal bersama, penjualan dan pemasaran. Dengan begitu peran BUMN dalam mengembangkan sektor pariwisata menjadi kuat. "Kesepakatan dan komitmen yangkuat harus terus dijunjung tinggi dalam pengembangan industri," tutur dia.

Perusahaan dan anak usaha yang melakukan sinergi tersebut adalah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), PT Hotel Indonesia Natour, PT Kereta Api Indonesia, PT Garuda Indonesia, PT Patra Jasa dan PT Aero Wisata.

Sinergi BUMN tersebut dikomandoi PT Hotel Indonesia Natour, BUMN tersebut bersinergi dengan PT Aero Wisata dan Patra Jasa, untuk memperkuat dan meningkatkan jaringan perhotelan. Sedangkan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko‎ juga melakukan sinergi BUMN pariwisata untuk memperkuat kerja sama di koridor Yogyakarta - Solo -Semarang. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini