Sukses

Benarkah Harga Elpiji di RI Lebih Murah dari Negara Tetangga?

Jika dibanding China, harga gas non subsidi dijual oleh Pertamina juga lebih murah. Tercatat, harga gas di China mencapai Rp 17 ribu per kg.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengklaim harga Elpiji, baik bersubsidi maupun non subsidi, di Indonesia termasuk paling rendah jika dibanding dengan beberapa negara tetangga lainya di kawasan Asia. Harga Elpiji di Indonesia di kisaran Rp 4.000 per kilogram (kg) hingga Rp 10 ribu per kg. 

Seperti yang dikutip dari data PT Pertamina (Persero), harga Elpiji non subsidi di Indonesia tercatat Rp 7.400 per kg hingga Rp 10 ribu per kg. Sedangkan untuk harga Elpiji subsidi tercatat Rp 4.250 per kg.

Harga gas tersebut jauh jauh di bawah harga gas di Filipina yang tercatat Rp 20 ribu per kg untuk non subsidi dan di India yang tercatat Rp 12.600 per kg.

Jika dibandingkan dengan Jepang, harga gas Elpiji non subsidi di Indonesia juga tergolong rendah. Di Negara Matahari Terbit tersebut, setiap gas non subsidi di banderol dengan harga Rp 20 ribu per kg. Untuk Korea selatan juga lebih mahal dengan harga gas non subsidi Rp 17 ribu per kg.

Jika dibanding China, harga gas non subsidi dijual oleh Pertamina juga lebih murah. Tercatat, harga gas di China mencapai Rp 17 ribu per kg sampai Rp 21 ribu per kg.

Untuk harga gas bersubsidi, harga Elpiji di Indonesia juga masih‎ jauh lebih rendah. Harga Elpiji bersubsidi di India Rp 5.500 per kg, Thailand Rp 7.000 per kg, Malaysia Rp 6.938 per kg.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menjelaskan, harga Elpiji Indonesia masih murah, terlebih yang bersubsidi. Pemerintah telah menjalankan kebijakan subsidi dengan rincian separuh dari harga keekonomian.

"Bahwa Elpiji rumah tangga di Indonesia termasuk paling rendah di negara ASEAN dibandingkan dengan negara tetangga, Rp 4.250 per kg, ada tambahan Rp 4.200 per kg yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi," ‎terang Wianda, di Jakarta, ‎Senin (22/2/2016).

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya ‎Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja. Menurut Wirat, harga Elpiji non subsidi dan subsidi di Indonesia sudah termasuk yang paling murah. Hal tersebut merupakan bukti Pertamina telah jauh lebih efisien dalam menetapkan harga Elpiji.

"Kalau ada kritik Pertamina bahwa tidak efisien, harus kita lihat ke tetangga. Artinya Pertamina membenahi diri untuk bisa lebih efisien," jelas Wirat.

Pertamina juga telah berhasil menyelamatkan uang negara sebesar Rp 197,05 triliun ‎atas program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg yang berlangsung sejak 2007.

Pertamina telah mendistribusikan 57,19 juta paket hanya dalam waktu 9 tahun program berjalan, dan mengubah pola konsumsi energi masyarakat secara masif dari semula minyak tanah ke Elpiji 3kg.

Wianda mengungkapkan, sukses utama dari program tersebut adalah menekan subsidi BBM, utamanya minyak tanah dimana secara akumulatif penghematan subsidinya sejak pertama kali bergulir hingga saat ini telah mencapai Rp 197 triliun, di mana konsumsi minyak tanah turun dari 9,85 juta Kilo Liter (KL) menjadi hanya 850 ribu KL di antaranya digunakan untuk Usaha Kecil Menengah dan masyarakat di daerah yang belum terkonversi‎.

‎"Program ini juga mendorong kemajuan industri tabung Elpiji dan membuka lapangan kerja, di mana hingga saat ini sebanyak 89 juta tabung Elpiji 3kg beredar di masyarakat," jelas dia. 

Saat ini konversi telah dilakukan diseluruh Indonesia, kecuali Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat berikut pulau-pulau kecil yang sulit untuk dikonversi karena keterbatasan infrastruktur dasar. Saat ini, terdapat 3.250 agen dan 128.044 pangkalan Elpiji 3 kg yang tersebar hingga pelosok. (Pew/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini