Sukses

Menko Darmin Beri Sinyal Harga BBM Tak Naik Sepanjang 2016

Pemerintah memperkirakan pergerakan inflasi bakal lebih rendah di kisaran 4 persen di tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memperkirakan pergerakan inflasi bakal lebih rendah di kisaran 4 persen di tahun ini. Proyeksi tersebut salah satunya melihat perkembangan harga minyak dunia dan minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sepanjang 2016.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution dalam acara Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) mengungkapkan, laju inflasi sangat ditentukan pergerakan harga pangan dan harga produk atau barang yang diatur pemerintah, seperti bahan bakar minyak (BBM).

"Kita berada dalam situasi harga minyak dunia dan ICP yang melemah. Paling tidak tahun ini, kita tidak mengalami risiko tarif (BBM) naik, malah bisa-bisa turun," tegas Darmin di Gedung BTN, Jakarta, Rabu (2/3/2016).

Dengan situasi tersebut, ia optimistis pemerintah dapat mengendalikan laju inflasi bergerak dalam level rendah. Pemerintah memasang target inflasi 4,7 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, sementara Bank Indonesia memproyeksikan inflasi 4 plus minus 1 persen.

"Tahun ini pemerintah akan mampu mengendalikan inflasi pada angka 4 persen. Mungkin juga di bawah itu," ucap Darmin.

Terpisah, Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan, rendahnya harga minyak dunia merupakan kabar baik bagi Indonesia untuk mendongkrak daya beli masyarakat. Ia meramalkan rata-rata harga minyak dunia akan berada pada kisaran US$ 37 per barel di 2016.

"Sayangnya rakyat Indonesia kurang menikmati pelemahan harga minyak dunia. Justru yang terjadi kesenjangan harga antara BBM di Malaysia dengan Indonesia," ujarnya.

Faisal mengaku, harga BBM jenis Pertamax Plus di Malaysia saat ini dijual Rp 5.943 per liter. Sementara di Indonesia dibanderol Rp 8.950 per liter sehingga ada perbedaan Rp 3.000 per liter.

Meskipun begitu, katanya, anjloknya harga minyak dunia menolong Indonesia dari sisi penghematan impor minyak mentah dari sebelumnya defisit US$ 26 miliar menjadi US$ 14 miliar pada 2015. Penghematan tersebut mampu mendorong penguatan kurs Rupiah.

"Defisit transaksi berjalan kita juga turun dari 3,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,1 persen karena tertolong harga minyak. Juga membantu transaksi perdagangan bulanan Indonesia yang terus mengalami surplus di 2015," tandas Faisal. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini