Sukses

Pria Ini Sukses Bikin Plastik dari Singkong

Berawal dari tantangan klien, Sugianto Tandio mampu menciptakan kantong plastik ramah lingkungan berbahan baku dari singkong.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melakukan uji coba penerapan kantong plastik berbayar di ritel modern mulai 21 Februari 2016. Tujuan penerapan kantong plastik berbayar ini agar masyarakat membawa kantong sendiri. Harapannya, lambat laun akan mengurangi penggunaan plastik.

Memang sampah plastik di dunia, terutama di Indonesia sudah cukup besar. Data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menyebutkan, Indonesia telah menggunakan 9,8 miliar lembar kantong plastik setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 95 persen hanya berakhir jadi sampah yang tidak bisa terurai.

Sebenarnya, jika produk yang dikembangkan oleh Sugianto Tandio ini sudah dikenal puluhan tahun lalu, sampah plastik yang tidak bisa terurai tersebut bisa terpecahkan.

Pada 2010 lalu, Sugianto mampu mengeluarkan produk inovasi yaitu kantong plastik ramah lingkungan berbahan baku dari singkong. Kantong platik ini bisa terurai lebih cepat jika dibandingkan dengan plastik biasa.

Sugianto bercerita, ia telah berkecimpung di dunia plastik sejak 40 tahun lalu. Ia memiliki banyak klien internasional. Di bawah bendera PT Tirta Marta, Sugianto memproduksi kemasan untuk berbagai produk.

Pada suatu hari, klien dari Sugianto sedang berlibur di Bali. "Ia melihat di pantai itu banyak sampah dari plastik dan sebagian merupakan produk dari klien tersebut," jelasnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (3/3/2016).

Klien tersebut kemudian memberikan tantangan kepada Sugianto untuk memproduksi kemasan plastik yang ramah lingkungan. Ia pun menerima tantangan tersebut.

Lulusan pasca sarjana University of North Dakota, Amerika Serikat (AS) ini kemudian mulai melakukan penelitian pada tahun 2000. Membutuhkan waktu yang tak pendek, produk plastik ramah lingkungan bisa sempurna pada 2010.

"Produk tersebut langsung saya patenkan ke Amerika," jelasnya.

Produk plastik ramah lingkungan tersebut menggunakan teknologi Oxium dan Ecoplas. Oxium adalah aditif yang ditambahkan ke biji plastik biasa yang membuat plastik akan lebih cepat terurai. Sedangkan Ecoplas adalah plastik yang dibuat menggunakan tepung dari singkong.

Ia melanjutkan, untuk produk tas belanja, Oxium sudah hampir menguasai semua gerai retail di Indonesia. "Sekitar 95 persen pasar modern besar sudah memakai Oxium," kata Sugianto. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini