Sukses

Langkah Arab Saudi Hadapi Harga Minyak yang Rendah

Kondisi ini membuat ketidakstabilan ekonomi dan dapat berdampak masif bagi kondisi politik di negara tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Kondisi perekonomian dunia yang bergejolak ditambah harga minyak yang jatuh menjadi tantangan sendiri bagi Arab Saudi. Kondisi ini membuat ketidakstabilan ekonomi dan dapat berdampak masif bagi kondisi politik di negara tersebut.

Melansir Business Insider, Rabu (30/3/2016) negara penghasil minyak ini akhirnya memutuskan untuk memberhentikan sementara produksi minyaknya di Bulan Januari. Langkah yang diambil ini dapat membuat harga minyak lebih stabil dalam jangkauan US$ 20 – 40 per barel.

Namun langkah yang diambil Arab Saudi ini juga memiliki konsekuensinya tersendiri. Analis menilai bahwa langkah ini dapat memicu produksi Amerika yang telah menurunkan harga minyaknya.

Selain itu, langkah ini juga dapat membuat harga minyak kembali melambung yang akhirnya dapat berdampak negatif pada Arab Saudi. Negara produsen lain seperti Rusia dan Iran dapat menaikkan dana yang mereka butuhkan untuk mendukung gerakan pemberontak yang mengancam rezim Kerajaan.

Melansir laman Reuters, Selasa (29/3/2016), harga minyak Brent tercatat turun 38 sen, atau 1 persen menjadi US$ 40,06 per barel. Sementara minyak mentah WTI tergelincir 20 sen atau 0,5 persen ke posisi US$ 39,26 per barel.

Data Reuters menunjukkan, volume perdagangan minyak Brent yang berbasis di Inggris hanya mencapai kurang dari 55 ribu, atau sekitar seperenam perdagangan di hari biasa, karena liburan Paskah.

Adapun persediaan minyak mentah AS naik 9,4 juta barel dalam pekan hingga 18 Maret. Ini merupakan stok mingguan tertinggi keenam berturut-turut. Dan tiga kali lebih besar dari ekspektasi analis.

(Vna)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini