Sukses

Efisiensi Indo Tambangraya Hadapi Tekanan Harga Batu Bara

PT Indo Tambangraya Megah Tbk meningkatkan penjualan batu bara ke India.

Liputan6.com, Jakarta - Harga batu bara tertekan membuat emiten batu bara mengambil langkah efisiensi untuk menekan biaya produksi. Apalagi harga batu bara diperkirakan belum dapat pulih dalam jangka pendek.

Dalam riset PT BNI Securities seperti dikutip Rabu (30/3/2016), Analis PT BNI Securities Yasmin Soulisa menuturkan PT Indo Tambangraya Megah Tbk telah mengambil beberapa langkah untuk menekan biaya agar lebih rendah dari rata-rata harga penjualan.

Langkah itu pun membuahkan hasil. Di Indominco, biaya produksi dijaga di kisaran US$ 33 per ton pada 2015, atau 23 persen lebih rendah dari 2014. Biaya produksi batu bara di Bharinto juga dipangkas 34 persen menjadi US$ 32 per ton. Harga minyak tertekan juga membantu biaya operasional.

Harga batu bara masih melemah itu dipicu ekonomi global dan impor batu bara dari China dan India yang melambat. PT Indo Tambangraya Megah Tbk memiliki pangsa pasar besar ke China dan Jepang pada 2015.

"Namun, permintaan dari India, Thailand, dan Filipina menyerap hasil produksi. Penjualan ke India naik 5,4 juta ton pada 2015. Penjualan ke China turun menjadi 4,4 juta ton seiring konsumsi energi melemah di China," kata Yasmin.

Volume penjualan tercatat 28,2 juta ton yang dipasarkan ke India, Jepang, China, Indonesia, Thailand, Filipina dan negara lain di Eropa pada 2015. Produksi perseroan mencapai 28,5 juta ton.

Biaya operasional yang mampu ditekan membuat perseroan membukukan laba bersih US$ 64 juta. Laba bersih itu turun sekitar 69 persen year on year (Yoy). Pendapatan turun menjadi US$ 1,58 miliar pada 2015.

Penurunan kinerja seiring harga rata-rata penjualan batu bara turun 20 persen menjadi US$ 56,4 per ton 2015. Stripping ratio atau rasio pengelupasan tanah menjadi 8,5 kali,

"Harga minyak tertekan membantu perseroan menurunkan biaya operasional dan logistik. Marjin kotor naik menjadi 22 persen. Ebitda Perseroan tercatat US$ 194 juta pada 2015," tutur Yasmin.

Perseroan menargetkan produksi turun menjadi 26,9 juta ton pada 2016. Produksi tahunan telah dipangkas sejak 2013 seiring harga batu bara mulai melemah sejak 2012. Belanja modal disiapkan naik 68 persen menjadi US$ 38,4 juta yang sebagian besar dikontribusikan untuk Trubaindo Infrastruktur.

Dalam riset PT Bahana Securities menyebutkan laba bersih sekitar US$ 52 juta pada 2016. Target itu di bawah konsensus analis. Produksi ditargetkan mencapai 26,9 juta ton sejalan dengan perkiraan perseroan.

Dengan melihat kondisi itu, Yasmin merekomendasikan hold untuk saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. Target harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk sekitar Rp 7.000 per saham. Sedangkan riset PT Bahana Securities menargetkan harga Rp 4.000 per saham dengan strategi reduce call dalam 12 bulan.

Yasmin menuturkan, saat ini harga saham ITMG ditransaksikan dengan price earning ratio (PER) 9,3 kali dan price book value (PBV) 0,7 kali. Kedua rasio itu di bawah industri dengan PE 15,9 kali dan PBV 0,8kali. Pada penutupan perdagangan saham Selasa 29 Maret 2016, saham ITMG berada di level Rp 6.575 per saham. (Ahm/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini