Sukses

Kepala BNP2TKI Dorong TKI Bekerja di Sektor Formal

Kepala BNP2TKI Nusron Wahid dorong TKI memiliki keahliaan dan kemampuan bahasa Inggris.

Liputan6.com, Lombok - Kepala BNP2TKI Nusron Wahid mengatakan jangan hanya bermimpi menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga. Akan tetapi, TKI juga harus bermimpi  bekerja di sektor perawat, pariwisata ataupun manufaktur.

"TKI ke depannya mau tidak mau harus terampil. Harus bisa berbahasa Inggris dan mempunyai keahlian," ujar Nusron saat Sosialisasi Peluang Kerja Luar Negeri di STIKES Qamarul Huda, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, seperti dikutip dari keterangan diterbitkan (4/4/2016).

Ia mengatakan, jumlah TKI NTB pada 2015 sebanyak 7.644 orang. Persentasi paling besar hampir sepuluh  persen penduduk NTB bekerja di luar negeri. Sayangnya tenaga kerjanya belum terampil, masih banyak yang bekerja pada pekerjaan non formal dengan gaji yang masih kecil.

"Saya hadir di sini ingin mengajak warga NTB bermimpi  tidak menjadi asisten rumah tangga dan pekerja di kebun sawit. Saya ingin masyarakat NTB bekerja pada sektor yang berbadan hukum yaitu sektor formal," jelas dia.

Nusron mengatakan, angkatan kerja baru sebanyak 2,8 juta menjadi salah satu faktor seseorang memilih bekerja ke luar negeri. Dari situlah awal mula migrasi mulai terjadi.

 

Langkah melakukan migrasi ke luar negeri dengan mencari pekerjaan. Ini merupakan hukum alam mencari pendapatan dari yang lebih rendah menjadi lebih tinggi.

"Pemerintahan telah menutup sektor informal yaitu asisten rumah tangga ke luar negeri, sebagai gantinya pada sektor formal seperti perawat, cargiver, pariwisata, dan manufaktur. Pada sektor ini sisi perlindungan jauh lebih baik," papar dia.

Ia menuturkan, faktanya saat ini  ada sekitar 864 ribu perawat di Indonesia,  dari jumlah tersebut perawat Indonesia yang sudah bekerja sekitar 264 ribu. Sedangkan setiap tahun ada permintaan perawat sekitar 16.000  dari luar negeri.

"Saya meminta agar para lulusan perawat bisa berbahasa Inggris agar bisa mengisi peluang kerja luar negeri. Janganlah hanya bermimpi menjadi asisten rumah tangga yang umumnya bermasalah. Masalah paling banyak adalah dua yaitu bahasa Inggris dan sertifikat bagi perawat," tutur Nusron.

Nusron menambahkan, fakta membuktikan sekitar 58 persen TKI adalah lulusan SD dan SMP. Karena itu, Ia mengimbau jangan sekali kali bermigrasi jika tidak bisa bahasa Inggris. Kalau tidak bisa pasti akan bermasalah.

Wakil Bupati Lombok Tengah Fathul Bahri mengatakan, mendukung pelaksanaan sosialisasi peluang kerja luar negeri dari BNP2TKI.

"Ini ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, jangan pernah berangkat ke luar negeri jika tidak siap. Mari kita mulai mengurangi segala persoalan atau masalah yang ada. Aktivitas semakin bagus karena Lombok Tengah  sebagai kantong TKI," ujar dia. (Ndw/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.