Sukses

Genjot Ekspor, Kemendag Subsidi Tiap Pengusaha Rp 13 Juta

Pemerintah terus berupaya peningkatan ekspor nasional, salah satunya melalui program hilirisasi produk.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka mendorong perluasan pasar ekspor nasional, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) akan memberikan subsidi modal sebesar US$ 1.000 atau Rp 13,18 juta (estimasi kurs 13.189 per dolar AS) bagi para eksportir dalam negeri.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan, pemerintah terus berupaya peningkatan ekspor nasional, salah satunya melalui program hilirisasi produk. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya mengekspor komoditas mentah, tetapi produk jadi.

Namun demikian, proses hilirisasi dinilai membutuhkan waktu yang panjang. Oleh sebab itu, guna meningkatkan kinerja ekspor,Kemendag mendorong para eksportir untuk melakukan perluasan (diversifikasi) pasar.

"Kalau menunggu industri cukup lama. Tapi dengan pengembangan negara tujuan ekspor. Jadi deversifikasi tujuan negara ekspor yang dijadikan kegiatan utama. Supaya pelaku usaha tidak hanya ke pasar-pasar tradisional, tapi ke pasar-pasar non-tradisional yang agak sulit," ujar di Jakarta, Selasa (12/4/2016).

Agar para eksportir mau menembus pasar-pasar non-tradisional, Kemendag berinisiatif memberikan fasilitas subsidi modal sebesar US$ 1.000 untuk masing-masing ekspotir.

"Fasilitas dari kami, memberikan fasilitas pameran, untuk misi dagang. Setiap misi dagang kami berikan subsidi US$ 1.000. Kita bantu dengan adanya pembiayaan ekspor. Ini fasilitas yang harus dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang terkena dampak dari pelemahan global. Itu yang akan kita dukung," jelas dia.

Untuk produk yang ditawarkan dalam misi dagang tersebut, lanjut Nus, nantinya akan menyesuaikan dengan kebutuhan di negara tujuan. Dengan demikian, produk-produk tersebut diharapkan akan mendapat sambutan yang baik dari negara tujuan deversifikasi.

"Kita koordinasi dengan KBRI setempat, ada analisisnya. Misalnya kemarin ke Oman kan sukanya barang elektric, rubber goods, process food, jadi itu sesuai dengan apa yang diminat negara tujuan. Kalau di Afrika banyaknya CPO, tekstil dan produk tekstil, serta process food. Kita coba networking. Pelaku usaha kita sudah bagus di negara tradisional, mereka harus punya partner di negara-negara non-tradisional," tandas dia. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.