Sukses

Menteri Rini Ingin BUMN dan Medco Kolaborasi Ambil Saham Newmont

Kementerian BUMN sedang diskusi dengan PT Aneka Tambang Tbk untuk bisa ikut ambil alih saham Newmont.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengaku akan mendorong perusahaan pelat merah, khususnya di sektor pertambangan untuk turut serta dalam pengambilalihan saham PT Newmont Nusa Tenggara.

Proses pengambilalihan ini, Rini menuturkan tidak harus menjadi mayoritas. Rini lebih mengarahkan BUMN untuk bekerjasama dengan perusahaan swasta yang juga berminat mengambil alih saham Newmont, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

"Kami berharap memang, kami sedang bicara dengan Antam bagaimana kalau Newmont ini kemungkinan BUMN bisa ikut, kalau tidak ya kerja sama. Kenapa tidak BUMN bekerjasama dengan swasta lokal untuk mengambil alih kepemilikan dari asing," kata Rini di Kantor Pusat Pertamina, Rabu (13/4/2016).

Hanya saja, Rini belum bisa memastikan berapa porsi saham BUMN dalam pengambil alihan Newmont, mengingat dirinya masih melakukan kajian internal untuk bisa melibatkan PT Ant‎am dalam rencana ini.
‎‎

Pemilik grup Medco Arifin Panigoro memberi sinyal akan mengakuisisi PT Newmont Nusa Tenggara (NTT). Proses akuisisi tersebut diperkirakan berlangsung dalam waktu dekat. Arifin mengatakan, kepastian perihal rencana tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat.

"Tunggu pengumumannya. Pokoknya diambil‎ alih seluruhnya. Ya direstrukturisasi semua. Tenang saja tidak lama lagi (diumumkan). Saya kira minggu ini," ujar dia.

Arifin mengaku, salah satu alasan pihaknya ingin mengakuisisi Newmont, sebagai upaya pengembangan perusahaan. Selama ini Medco bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi.

Medco juga mempunyai industri hilir yang memproduksi elpiji, distribusi bahan bakar diesel dan pembangkit tenaga listrik.

"Diversifikasi. Saya kira baik diversifikasi, karena minyak itu baru oke 2-3 tahun lagi. Lama. Kalau kita hanya rely on minyak saja berat menahannya. Kalau 2015 ini US$ 160 juta kita jeblok. Dua tahun lagi begitu ya bubar perusahaan," ungkap dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, sangat penting bagi perusahaan untuk menambah lini bisnis. Bahkan untuk merealisasikan hal ini, Arifin mengaku tidak segan membangun pabrik pemurnian (smelter) seperti yang telah diatur pemerintah.

"Emas relatif stabil. Kalaupun turun tapi tidak sejeblok komoditi kayak batu bara. (Smelter) Itu harus. Itu kita sudah janji," ujar dia.

Dia mengungkapkan, dana untuk akuisisi tersebut berasal dari pinjaman perbankan. PT Bank Mandiri Tbk disebut sebagai salah satu bank yang akan memberikan pinjaman. Namun saat ditanya berapa besar nilai pinjamannya, Arifin memilih untuk bungkam. "Tunggu berapa hari lagi, nanti saya undang semua," kata dia.

Arifin menuturkan, rencana ini telah dilaporkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Orang nomor 1 di Indonesia itu pun disebut telah merestui akuisisi ini.

"(Bertemu Presiden Jokowi) Lapor saja bahwa ini sudah hampir selesai. (Pak Jokowi merestui?) Oh iya ini kan kemampuan nasional, tentu dia bantu," jelas dia. (Yas/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.