Sukses

Perjuangan Warga Papua Barat demi Dapatkan BBM

Di Jakarta, BBM jenis Premium dibanderol Rp 6.450 ribu per liter, sedangkan untuk Solar dihargai Rp 5.150 per liter.

Liputan6.com, Sorong - Kondisi geografis di wilayah Papua Barat membuat harga bahan bakar minyak (BBM) tidak sama seperti di wilayah Jawa. Di Papua, harga Solar dan Premium bisa mencapai Rp 25 ribu per liter.

Roland, salah seorang warga Distrik Teminal Buan Sorong Selatan, Papua Barat, mengatakan bahwa sulit untuk mendapatkan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah dia tinggal. Sebagian besar BBM dijual secara eceran dan tentu saja dengan harga yang sudah berlipat jika dibandingkan dengan di SPBU. 

Ia menggambarkan, para penjual BBM eceran yang berada di kisaran perkotaan melego Premium dan Solar di kisaran Rp 10.000 per liter. Jika penjual sudah agak masuk ke pedalaman, harganya akan naik berlipat-lipat. Bahkan, harga Premium bisa mencapai Rp 25 ribu per liter. 

Mahalnya harga BBM di pedalaman Papua Barat tersebut terjadi karena memang butuh usaha berat untuk bisa membawa BBM ke pedalaman. Medan yang harus dihadapi penjual BBM eceran bukan jalan rata, tapi terjal dan penuh rintangan. 

"Harga BBM itu Rp 10 ribu sampai Rp 25 ribu. Semakin jauh semakin mahal. Kalau di Teminal Buan bisa cuma Rp 10.000 per liter saja," kata Roland, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Sorong Selatan, seperti yang dikutip Jumat (22/4/2016).

Untuk diketahui, di Jakarta, BBM jenis Premium dibanderol Rp 6.450 ribu per liter sedangkan untuk Solar dihargai Rp 5.150 per liter.

Riyan, warga lain di Distrik Teminal Buan Sorong Selatan, melanjutkan di wilayah tersebut terdapat dua SPBU resmi. Namun memang SPBU tersebut memiliki batas waktu pelayanan, biasanya sampai pukul 12.00 WIT saja. Kondisi tersebut memaksa masyarakat membeli BBM di penjual eceran yang harganya jauh lebih mahal.

"‎Ada SPBU, tapi sampai jam 12.00 WIT saja, katanya habis, itu kalau bukan ngantri. Kadang jam 10.00 WIT sudah habis," ungkap Riyan.

Roland melanjutkan kondisi harga tersebut sebenarnya memberatkan masyarakat. Pasalnya, mahalnya harga BBM tersebut membuat beban pengeluaran masyarakat menjadi bertambah. 

Ia berharap PT Pertamina (Persero) menyalurkan produk BBM non-subsidi Pertamax di wilayah tersebut‎ agar harga BBM bisa menjadi lebih murah.

"Sangat menyulitkan masyarakat, biaya hidup jadi mahal. Kalau ada Pertamax kami pilih Pertamax saja dari pada eceran, lebih murah Pertamax," tutup Roland. (Pew/Gdn)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini