Sukses

Ini Penyebab Maskapai Asing Pilih Transit di Singapura

Maskapai asal Australia dan New Zaeland yang melakukan penerbangan ke China, Korea Selatan dan Jepang lebih memilih transit di Singapura.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki lebih dari 30 bandara yang bertaraf internasional. Namun tak satu pun dari bandara tersebut yang mampu menjadi bandara transit bagi penerbangan internasional maskapai penerbangan asing. Sebagian besar maskapai asing tersebut lebih memilih transit di negara tetangga. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli menyatakan, Indonesia memiliki banyak bandara yang bisa dijadikan sebagai lokasi transit. Namun maskapai asing lebih memilih untuk transit di bandara Changi Singapura.  

Dia mencontohkan, maskapai-maskapai asal Australia dan New Zaeland yang melakukan penerbangan ke China, Korea Selatan dan Jepang selama ini lebih memilih transit di Singapura. Padahal, dalam hitungan Rizal, jika penerbangan internasional tersebut transit di Indonesia, maka jarak tempuh akan lebih dekat.

"Banyak pesawat asing transit di Singapura. Harusnya kalau dari Australia, New Zaeland mau ke China, Korea, Jepang transit di Indonesia. Ini total traffic ada 13 juta penerbangan. Sekarang lewat begitu saja," ujar dia saat melakukan kunjungan di Bandara Soekarno-Hatta, Senin (25/4/2016).

Menurut Rizal, salah satu alasan maskapai asing tidak mau transit di Indonesia lantaran harga avtur yang ditawarkan Indonesia lebih mahal jika dibandingkan avtur yang dijual di Singapura. Di Indonesia, penjualan bahan bakar pesawat tersebut hanya dilakukan oleh PT Pertamina.

"Salah satu penyebab maskapai asing tidak transit di sini karena harga avtur kita mahal. Pertamina jual avtur kena PPN, jadi harganya lebih mahal. membuat avtur Pertamina kurang kompetitif," kata dia.

Oleh sebab itu, Rizal akan melakukan pembenahan agar Bandara Indonesia lebih kompetitif. Dirinya ingin agar Pertamina menjual avtur dengan harga yang kompetitif agar bisa bersaing dengan avtur yang dijual di Singapura.

"Kami akan benahi soal-soal seperti ini. Kita ubah jadi kompetitif. Masa 30 persen dari 13 juta penerbangan tidak transit di Indonesia. Hal ini kita akan lakukan supaya Indonesia terkenal jadi lokasi turis nomor satu di kawasan ini," tandas dia.

Sebelumnya pada September 2016, Rizal pernah mengungkapkan juga mengenai mahalnya harga avtur di Indonesia. Namun menurutnya, harga avtur Pertamina tersebut bisa diturunkan hingga 12 persen.

"Memang harga avtur yang djual Pertamina lebih mahal dari harga internasional, sekitar 122 persen," ujar Rizal di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Tingginya harga avtur tersebut, lanjut Rizal, salah satunya disebabkan oleh pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen. Jika besaran PPN ini bisa diturunkan bahkan dihilangkan, maka harga avtur juga bisa diturunkan. "Memang ada komponen PPN, 10 persen. Mestinya harga avtur itu bisa dikurangi paling tidak 12 persen," lanjut dia.

Untuk itu, Rizal meminta Pertamina mencari cara guna menurunkan harga avtur yang dijualnya. Dengan demikian diharapkan industri penerbangan nasional bisa lebih kompetitif dengan negara lain. "Pertamina ambil inisiatif, jangan jual terlalu mahal. Karena kalau misalnya beli bukan dari Pertamina, ya Pertamina yang merugi," kata Rizal. (Dny/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.