Sukses

Bangun Kilang, Perusahaan Minyak Rusia Tawarkan Ini ke Pertamina

Rosneft merupakan satu di antara enam perusahaan calon investor proyek kilang minyak di Tuban.

Liputan6.com, Jakarta - Rosneft, perusahaan minyak terbesar di Rusia tengah menjajaki kerja sama pembangunan kilang minyak di Tuban, Jawa Timur bersama dengan investor lain. Perusahaan tersebut juga menawarkan bisnis lain kepada PT Pertamina (Persero) untuk ekspansi di Rusia.

Dari pantauan Liputan6.com, Jakarta, Rabu (27/4/2016), Chairman dan CEO Rosneft Igor Ivanovich terlihat mengunjungi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.
Ivanovich datang didampingi Direktur Utama PT Pertamina (Persero). Pertemuan berlangsung sejak siang hingga pukul 16.00 WIB di kantor Kementerian ESDM.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya tengah melakukan pendalaman dengan calon partner pembangunan kilang minyak di Indonesia, yakni Rosneft. Pendalaman tersebut, Ia menuturkan, menyangkut isu-isu untuk mempercepat realisasi pembangunan kilang di Tuban.

 

"Rosneft produser crude terbesar di dunia dan calon partner, tapi kita mesti butuh pendalaman lagi misanya tingkat keekonomian, financing, mekanisme joint venture-nya seperti apa," tegas Dwi saat ditemui usai pertemuan.

Rosneft merupakan satu di antara enam perusahaan calon investor proyek kilang minyak di Tuban. Lima lainnya adalah Saudi Aramco (Arab Saudi), China National OffshoreOil Corporation (CNOOC), Kuwait Petroleum International, PTT GC Thailand dan Thai Oil.

"Pendalaman ini kita lakukan supaya jangan sampai nanti sudah diumumkan pemenang, tapi setelah itu perjalanannya tidak sesuai. Karena Timur Tengah juga punya kapabilitas besar untuk proyek ini," jelas Dwi.

Mantan Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk mengakui, rencana bisnis Rosneft untuk pembangunan kilang sudah sesuai dengan strategi Pertamina. Namun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas terbesar itu harus mempertimbangkan kepentingan Pertamina dan negara supaya lebih diuntungkan dengan kerja sama ini.

"Rosneft akan mensuplai komoditas (crude) ke Pertamina, dan menawarkan Pertamina mengembangkan bisnis upstream di Rusia. Karena selama ini kita sudah impor minyak dari Rusia tapi lewat trader di Singapura, kalau ini bisa impor langsung akan lebih kompetitif," papar dia.  

Sementara soal insentif pembangunan kilang, Dwi mengatakan, Rosneft sejauh ini belum meminta fasilitas insentif kepada pemerintah. "So far, tidak minta insentif," ucap Dwi.

Dalam kesempatan sama, Menteri ESDM Sudirman Said mengaku senang lantaran Pertamina memperoleh tawaran kerja sama pembangunan kilang dari perusahaan minyak Rusia.

"Rosneft perusahaan minyak kuat di dunia. Urusan kilang bisa masuk ke hulu, dan di tempat lain. Kita ingin ada partnership lebih luas, ingin ada mutual benefit, dan mempertajam kerja sama business to business (B to B)," ujar Sudirman.

Sudirman menuturkan, Pemerintah selalu memberi kesempatan investor dari mana pun untuk menanamkan modal membangun kilang di Indonesia, ‎sehingga tidak bergantung pada satu negara.

"Tidak boleh ketergantungan pada satu negara saja. Kita welcome saja. Siapapun yang memnuhi syarat-syarat memberi manfaat lebih baik bagi Pertamina dan negara akan kita,"‎ tutur Sudirman.

Sudirman melanjutkan, perusahaan minyak asal Rusia tersebut memang masuk dalam kualifikasi calon investor yang akan membangun kilang, saat ini keterlibatannya sedang dalam pertimbangan menjadi rekanan PT Pertamina (Persero).

"Saya mendengar dari Pertamina sudah ada proses seleksi di depan. Rosneft masuk dalam short list dalam prever dan sedang dipertimbangkan," tutur Sudirman.(Fik/Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini