Sukses

Sebelum Menikah, Ajukan 5 Pertanyaan Ini Pada Pasangan

Menikah dapat menjadi permulaan dari aktivitas yang penuh dengan perhitungan.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam teori dan praktiknya, menikah membutuhkan lebih dari rasa percaya, ikatan emosional yang erat, dan kasih sayang. Namun, terkadang perasaan romantis yang ada justru menjadi penghalang terhadap keterbukaan masalah keuangan.

Padahal, menikah bisa menjadi permulaan dari aktivitas yang penuh dengan perhitungan, harapan yang tidak tercapai, dan ketidakcocokan.

Di sinilah pentingnya Anda dan pasangan mengetahui kondisi keuangan masing-masing sebelum berkomitmen untuk hidup bersama. Bagaimana caranya? Gunakan 5 pertanyaan ini seperti dikutip dari www.cekaja.com, Kamis (28/4/2016)

1. Berapa Jumlah Utang Dia?

Sebagian orang memang menganggap tabu saat berbicara tentang topik utang. Mereka menganggap, saat berbicara tentang topik ini sama tidak sopannya dengan membahas topik mengenai politik dan agama.

Namun, demi masa depan yang lebih baik, buang jauh-jauh kedepan pintu aturan tersebut ketika Anda memutuskan untuk hidup bersama.

Anda harus mengetahui semuanya, mulai dari utang kartu kredit, jumlah cicilan, cicilan kendaraan bermotor, cicilan rumah, dan lainnya.

Bahkan, jika kalian belum memutuskan untuk menggabungkan rekening bersama, hutang milik pasangan Anda Anda akan tetap berpengaruh terhadap kontribusi pengeluaran harian rumah tangga.

Mungkin saja Anda menganggap calon Anda cukup mapan dengan gaji besar tiap bulan. Namun, bila pasangan Anda selalu hidup di bawah standar karena uang bulanan selalu habis untuk membayar utang, bisa jadi malah Anda yang menjadi tulang punggung keuangan keluarga.

Mengenai kondisi ini, bukan keputusan yang salah jika Anda akhirnya harus mengundurkan tanggal pernikahan hingga seluruh utang pasangan Anda dapat ditangani dengan baik.

2. Apakah Anda Masih Mendapatkan Subsidi?

Kebalikan dari utang adalah sumber pemasukan yang tidak diketahui. Anda perlu mengetahui jika orang tua kekasih Anda masih terus mengirimkan uang ke rekeningnya setiap bulan.

Walaupun biasanya uang tersebut tanpa syarat apa–apa. Orang tua yang masih sering mengirimkan uang kepada anaknya, biasanya ingin tahu untuk apa uang tersebut dibelanjakan.

Jadi subsidi uang dari orang tua bisa membuat urusan keuangan Anda diawasi oleh auditor independen, dan bisa jadi Anda harus memberikan laporan bulanan dari semua pengeluaran yang Anda lakukan kepada orang tua pasangan Anda.

Anda juga harus menyadari bahwa subsidi tersebut tidak akan berlangsung selamanya. Bila pasangan Anda telah terbiasa dengan subsidi tersebut, Anda berdua harus mempersiapkan rencana ke depan, bagaimana mengelola keuangan tanpa subsidi tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara Habiskan Uang

3. Bagaimana Dia Menghabiskan Uangnya?

Menghabiskan uang, bahkan untuk membeli barang-barang mewah, bukanlah sesuatu yang buruk. Terutama jika Anda telah mengalokasikan tabungan dan Anda memang mampu untuk membelinya.

Namun, setiap orang memiliki pendapat sendiri mengenai barang apa saja yang berharga. Karena itu, bisa jadi pasangan Anda nanti akan menjadi sangat cerewet ketika Anda menghabiskan uang untuk membeli sepasang sepatu, koleksi tas terbaru atau gadget mahal. Anggapannya benda tersebut tidak penting dan pemborosan.

Di sinilah pentingnya komunikasi mengenai apa yang penting bagi masing–masing pasangan. Identifikasi pengeluaran apa saja yang harus ditanggung secara bersama-sama.

Tentu saja Anda juga harus melihat tanda-tanda adanya pengeluaran yang tidak sehat. Sebab pengeluaran yang tidak terkontrol dapat menghabiskan berapapun besarnya pemasukan Anda.

Contohnya adalah kebiasaan minum ke bar tiap malam, atau kebiasaan belanja impulsif berbelanja di toko online yangbisa jadi sebuah blackhole yang menyedot berapapun budget yang Anda anggarkan setiap bulannya. Untuk membongkar kebiasaan jelek tersebut, Anda harus melihat laporan pengeluaran dia satu persatu.

4. Apa Rencana yang Dimilikinya 5 Tahun Ke depan?

Ambisi dan tujuan jangka panjang harus disatukan dengan kondisi keuangan rumah tangga. Bila Anda berencana menabung untuk pensiun, sementara pasangan Anda ingin hidup untuk saat ini saja, maka kemungkinan besar dia akan menghabiskan sebagian besar uang untuk liburan, pesta atau membeli gadget.

Atau bahkan pasangan Anda mungkin jengkel karena Anda terus menabung untuk masa depan yang dia pikir akan selalu baik–baik saja.

Tujuan jangka pendek juga sama pentingnya. Jika salah satu dari Anda dan pasangan ingin menabung untuk sebuah liburan impian, sementara lainnya ingin menabung untuk uang muka (DP) cicilan rumah, maka salah satu pihak harus mau mengalah.

Tidak seperti permasalahan lain dalam artikel ini, perbedaan prioritas bukan berarti harus menjadi harga mati bagi hubungan Anda. Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan prioritas tersebut adalah dengan mau mengalah. Jika Anda saling mendukung tujuan masing–masing, maka semuanya akan menjadi pemenang.

5. Bagaimana Membagi Tagihan?

Misalkan Anda telah berhasil mengatasi pertanyaan 1–5 dan tetap ingin hidup bersama, pertanyaan terakhir ini masih cukup penting, yaitu bagaimana kesepakatan Anda berdua dalam pembagian pengeluaran?

Apakah satu pihak yang membayar semuanya di awal, dan tinggal membaginya di akhir bulan? Atau, Anda akan membagi tagihan dan membayar masing–masing dengan seimbang? Bila salah satu pasangan pemasukan lebih besar, apakah dia membayar tagihan dengan persentase lebih besar?

Keputusan-keputusan tersebut terlihat tidak begitu rumit. Namun, ketika Anda hidup bersama dan sama sekali tidak ada pembicaraan atau kesepakatan mengenai hal tersebut, akan dapat dengan mudah memicu kejengkelan karena Anda berdua tidak berada di pola pikir yang sama. (Ahm/Ndw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini