Sukses

Terlena dengan Subsidi yang Bikin Masyarakat Masih Boros Listrik

Pemerintah berencana menaikkan tarif listrik kembali untuk pelanggan golongan 900 Va.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia dinilai masih berperilaku boros saat menggunakan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. Direktur Jenderal Kelistrikan Kementerian ESDM, Jarman menilai hal ini karena tarif listrik yang murah akibat masih adanya subsidi dari pemerintah.

Jarman mengungkapkan, total energi terjual atau konsumsi listrik sepanjang 2015 mengalami kenaikan 8 persen dari realisasi sebesar 199.496 Gigawatt per Hour (GWh) di 2014. Dengan penjualan listrik pada tahun lalu mencapai 215.455 GWh.

"Tambahannya 8 persen dari total energi yang terjual di 2014. Kan kebutuhan listrik terus meningkat setiap tahunnya," ujar Jarman saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Minggu (1/5/2016).

Diakui Jarman, pemakaian terbesar energi listrik berasal dari tiga kelompok, yakni golongan rumah tangga, industri, dan bisnis dengan konsumsi 70-80 persen dari total konsumsi listrik nasional.


Dari data Kementerian ESDM, kenaikan energi listrik nasional selama 5 tahun terakhir mencapai 28 persen. Paling banyak di 12 provinsi yang meningkat 22 persen dalam kurun waktu 5 tahun.  

"Kita masih lebih boros dari Jepang, artinya untuk menghasilkan output yang sama, kita menggunakan energi yang lebih besar daripada Jepang," tutur Jarman.

Dia mengatakan, pemborosan energi listrik seperti menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia setelah sekian lama. Masyarakat, dianggap terlena dengan subsidi listrik yang diberikan pemerintah setiap tahun sehingga tidak membudayakan hemat energi.

"Dulu, tarif listrik kita murah karena disubsidi pemerintah bukan karena harganya. Masyarakat tidak punya dorongan untuk berhemat dan itu terbawa terus sampai sekarang. TV nyala padahal tidak ditonton, peralatan elektronik menggunakan yang boros listrik," jelasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah mulai melakukan reformasi fiskal mengurangi subsidi listrik dan membenahi penyaluran subsidi supaya lebih tepat sasaran.

"Kalau harga listrik sudah pada keekonomian, masyarakat diharapkan jadi lebih berpikir ulang untuk boros listrik," kata Jarman. (Fik/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.