Sukses

Harga Minyak Turun karena Pasokan Kembali Melonjak

Harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Juni turun US$ 1,13 atau 2,5 persen ke angka US$ 43,65 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun pada perdagangan sesi ketiga Selasa pekan ini (Rabu pagi waktu Jakarta). Penurunan harga minyak karena investor memperkirakan bahwa persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) bakal mencapai rekor tertinggi.

Selain itu, kekhawatiran akan penurunan permintaan di China dan juga tumbuhnya pasokan global juga menjadi pendorong lainnya pelemahan harga minyak.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (4/5/2016), harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Juni turun US$ 1,13 atau 2,5 persen ke angka US$ 43,65 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sedangkan untuk minyak Brent yang merupakan patokan global, turun 86 sen atau 1,9 persen, ke angka US$ 44,97 per barel di ICE Futures Europe.

Harga minyak telah turun lebih dari 5 persen dalam sepekan terakhir setelah pada pekan sebelumnya mencetak level tertinggi sepanjang 2016. Penurunan harga minyak yang cukup dalam ini karena pelaku pasar belum terlalu mendukung reli yang terjadi sebelumnya.

Di awal April kemarin memang harga minyak sempat melonjak tinggi karena adanya gangguan produksi di beberapa bagian dunia dan harapan penurunan produksi AS.

Tapi data produksi dan inventarisasi atau persediaan terbaru mengindikasikan bahwa produksi minyak di dunia masih sangat besar sehingga meredam optimisme beberapa investor bahwa kelebihan pasokan minyak di dunia sudah berkurang.

Analis juga memperingatkan bahwa jika harga terus naik produsen di AS mungkin bisa meningkatkan aktivitas pengeboran, menambah kelebihan pasokan pasar.

"Kenaikan harga minyak kemarin memang terlalu cepat. Oleh karena itu cepat-cepat ada peringatan," jelas Senior Partner Commodity Research Group Andy Lebow. Pelaku pasar sepertinya cukup nyaman dengan level saat ini.

Berdasarkan data The Energy Information Administration, persediaan minyak mentah di AS kembali mencetak level tertinggi dalam lebih dari 80 tahun terakhir.

Para analis yang disurvei oleh Wall Street Journal juga memperkirakan bahwa data yang dikeluarkan The Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak mentah di AS berada di level tertinggi. (Gdn/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini