Sukses

Libur Panjang, Pengunjung Mal Turun 20 Persen

Pusat perbelanjaan termasuk mal sepi pengunjung pada liburan panjang ini.

Liputan6.com, Jakarta- Saat daerah-daerah wisata mendulang untung karena serbuan wisatawan, pusat perbelanjaan termasuk mal justru sepi pengunjung pada liburan panjang ini. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mencatat penurunan pengunjung mal hingga 20 persen.

Ketua APPBI DKI Jakarta, Ellen Hidayat mengungkapkan, telah terjadi penurunan pengunjung pusat belanja atau mal ‎di Ibu Kota saat libur panjang.

Paling signifikan penurunan tercatat di pusat-pusat belanja yang dekat dengan wilayah perkantoran. Sementara kenaikan pengunjung terlihat di pusat belanja di daerah tujuan wisata.


"Penurunan trafik pengunjung pusat belanja sampai 20 persen kalau liburan ‎panjang begini. Apalagi di mal yang dekat perkantoran, karena kan jarang-jarang bisa dapat libur empat hari jadi memilih liburan ke luar kota atau luar negeri," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (6/5/2016).

Menurut Ellen, jumlah kunjungan masyarakat atau trafik pengunjung pada posisi kemarin, Kamis (5/5/2016), masih terpantau cukup bagus. Namun saat ini sudah terlihat penurunan di pusat-pusat belanja.

"Mungkin ada yang baru berangkat liburan hari ini, jadi sekarang lagi landai. Kalaupun orang yang liburannya di Jakarta, tidak mungkin kan cuma melulu di satu mal yang sama," kata Ellen.

Ia mengaku, penurunan kunjungan ini hanya akan berlangsung sementara. Di saat orang-orang kembali ke Ibu Kota, pusat perbelanjaan akan ramai lagi.

"Nanti kalau mereka pulang Sabtu atau Minggu, mal pasti ramai kembali. Jadi jangan heran, trennya memang seperti itu," jelas Ellen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Omzet stabil


Omzet Stabil

Dikatakan Ellen, pusat-pusat belanja sama sekali tidak berdampak ‎dari merosotnya industri ritel nasional di kuartal I 2016. Sambungnya, industri ritel mengeluhkan terjadi penurunan pertumbuhan 20 persen.

"Memang ritel mengakui seperti itu, karena segala macam kebijakan pemerintah belum tersentuh pengusaha ritel," ujarnya.

Namun Ellen menilai, anjloknya penjualan maupun pertumbuhan ‎industri ritel karena pelemahan daya beli masyarakat. Aktivitas atau kegiatan belanja tetap ada, tapi volume maupun nilainya berkurang karena masyarakat menahan pengeluarannya untuk kebutuhan prioritas.

"Daya beli lagi turun, masyarakat yang biasanya membeli dalam jumlah sekian, jadi menurun, terutama di fashion. Masyarakat sudah lebih bijak menggunakan dananya, punya daftar prioritas apakah untuk makan, fashion, atau leisure (wisata)," terangnya.

Beruntung, kata Ellen, pusat belanja tidak terpengaruh penurunan industri ritel. Trafik atau jumlah pengunjung mal dan pusat belanja lain tetap stabil. Merchant maupun tenant masih berminat menyewa lapak di mal untuk menjajakan barang dagangannya.

"Trafik kunjungan di mal tidak turun lho, karena tugas pengelola pusat belanja kan bagaimana bisa menarik orang datang. Jadi sejauh ini tidak ada pusat belanja yang tutup akibat pelemahan daya beli, tapi memang ada merchant yang keluar masuk. Itu wajarlah," ‎pungkas Ellen. (Fik/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini