Sukses

Pengembangan Kota Walini Mampu Serap 7 Ribu Tenaga Kerja

Untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung diperkirakan mampu menyerap 39 ribu tenaga kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menyerap ribuan tenaga kerja. Untuk Walini saja, pengembangan transit oriented development (TOD) diperkirakan menyerap 5 ribu hingga 7 ribu tenaga kerja.

Staf Khusus HSR PTPN VIII Hendra Mardiana mengatakan, pengembangan Walini meliputi pusat wisata, pendidikan, kesehatan dan residensial. ‎Total pengembangan Walini seluas 2.873 ha dengan 1.270 ha merupakan TOD yang dikembangkan konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan sisanya 1.603 di luar TOD yang dikembangkan PTPN VIII.

‎"Pembangunan Walini mampu serap 5-7 ribu tenaga kerja, itu khusus TOD saja dengan non TOD bisa 10 ribu tenaga kerja, Mungkin secara bertahap komitmen bersama yang punya anak kita didik dan China siap memberikan pelatihan," kata dia, Jakarta, Jumat (6/5/2016).

Dia menuturkan, untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung menyerap 39 ribu tenaga kerja. Untuk total‎ pengembangan TOD, meliputi Karawang, Halim Perdanakusuma, Walini, dan Tegalluar menyerap 28 ribu tenaga kerja. "Dalam pembangunan kereta cepat ya itu, per tahun 39 ribu, jarak 142 km. Pembangunan TOD 28 ribu per tahun," jelas dia.

Selama operasional TOD juga menyerap tenaga kerja sebanyak 20 ribu. Lebih lanjut, pihaknya mengatakan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Pasalnya, ‎akan ada pembangun pabrik rolling stock untuk kereta.

"‎Serapan begitu tinggi, belum lagi adanya multiplier effect dengan adanya pabrik rolling stock gerbong kereta dengan rencana antara Karawang dan Purwakarta. Ini penyerapan cukup tinggi karena presiden maunya lokal konten 60 persen dan China OK," tukas dia.

Sebelumnya pada 22 Februari 2016, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Sofyan Djalil mengatakan, proyek kereta cepat (High Speed Transit/HST) rute Jakarta-Bandung‎ memberikan dampak sangat besar. Salah satunya mengurangi kemacetan.

"‎Kereta cepat diperdebatkan di medsos, di mana-mana diperbincangkan. Padahal multiplier effect kereta cepat sangat besar," kata Sofyan.

Dia menuturkan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung begitu penting bagi Indonesia untuk mengurai kemacetan. Sebab pada tahun-tahun mendatang, jumlah kendaraan diperkirakan terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia.

"Pada 2030, rata-rata pertumbuhan ekonomi kita akan mencapai 7 persen. Sedangkan pendapatan per kapita mencapai US$ 15 ribu-US$ 20 ribu, sehingga bikin orang bisa punya mobil semua. Bayangkan kalau tidak ada transportasi publik, seperti kereta cepat," dia menjelaskan.

Dia mencontohkan, salah satunya kemacetan di ruas jalan tol Jakarta-Bandung yang kian parah setiap tahunnya. Ini terlihat pada momen libur Natal 2015. Kegagalan mengantisipasi kepadatan jalan dikatakan dapat mengakibatkan kemacetan total.

"Jadi kita perlu berpikir jangka panjang kalau kita mau jadi negara terhormat. Meninggalkan sesuatu yang bisa dibanggakan anak cucu kita untuk bangsa ini. Karena kita punya potensi itu, sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi lainnya," pungkas dia.

Indonesia akhirnya lebih memilih perusahaan asal China untuk menggarap proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. (Amd/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.